Mengapa Pendidik Perlu Menulis Artikel Ilmiah Popular?

Eben E. Siadari adalah alumni Advanced Course for Practical Journalism, Thomson Foundation, Cardiff Wales, bekerja sebagai penulis dan trainer kepenulisan, buku karyanya antara lain Esensi Praktik Menulis (2019), tinggal di Jakarta.
Eben E. Siadari adalah alumni Advanced Course for Practical Journalism, Thomson Foundation, Cardiff Wales, bekerja sebagai penulis dan trainer kepenulisan, buku karyanya antara lain Esensi Praktik Menulis (2019), tinggal di Jakarta (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

Oleh: Eben E. Siadari *

JAKARTA, KalderaNews.com – Ada perkataan seorang dosen yang pernah cukup lama membekas di benak saya. Dia mengatakan seorang saintis sebaiknya tidak menulis di koran. Tidak menulis artikel-artikel populer. Sebaiknya menulislah di jurnal yang kredibel. Meneliti. Surat kabar bukan tempat seorang saintis yang serius.

Nasihat itu menempel cukup dalam di pikiran saya. Cukup lama saya menganggap remeh para akademisi yang menulis di surat kabar. Sebaliknya, saya semakin sering kagum pada mereka yang membanjiri artikel-artikel tulisan mereka dengan  idiom yang khas ilmu yang mereka tekuni. Semakin sulit dimengerti, semakin baik saya anggap artikel itu.

Ini membawa pertanyaan apakah sesuatu yang dipandang ilmiah harus disuguhkan dengan bahasa yang sulit? Untuk menunjukkan otoritas sebuah tulisan, kita tahu, memang ada batas-batas tertentu yang membuat penulis harus mempertahankan diksi yang lazim dalam khasanah ilmu yang digelutinya. Namun, dengan mempertimbangkan hal itu, penulis semestinya memikirkan secara sungguh-sungguh strategi menyuguhkan gagasan dan penyebaran ilmu sehingga sebanyak mungkin orang memahaminya.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*