Minim Panduan Guru Saat Covid-19, Modul Belajar Mandiri Siswa Kini Digodok

Siswa di SD Santo Yosef Lahat
SUSAH SINYAL: Hal serupa dialami peserta didik di SD Santo Yosef Lahat (KalderaNews/Dok. Yayasan Tarakanita)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Selama pembelajaran di rumah selama pandemi Covid-19, Kemendikbud bersama UNICEF menemukan bahwa hampir 90 persen orang tua mendampingi anaknya belajar dari rumah di semua jenjang pendidikan, terutama yang berdomisili di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbang dan Perbukuan) Totok Suprayitno mengakui ini hal yang positif ketika orang tua tergerak untuk mendampingi anaknya, meskipun ada keluhan yang menonjol di antaranya orang tua tidak paham materi ajar.

Sebagian besar siswa telah belajar sepenuhnya dari rumah, meskipun masih terdapat 3,3 persen siswa yang belajar bergantian di rumah dan di sekolah. Sebanyak 0,1 persen siswa yang masih belajar penuh dari sekolah beralasan karena tidak ada yang mendampingi belajar dari rumah. Siswa-siswa ini berdomisili di wilayah 3T yang tidak terdampak Covid-19.

BACA JUGA:

Jaringan internet yang tidak memadai menjadi salah satu alasan sehingga sejumlah siswa melakukan pembelajaran dari rumah dan di sekolah secara bergantian. Selain itu, survei menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Sayangnya, banyak guru hanya memberikan penugasan mengerjakan soal-soal saja. Hal ini dikhawatirkan akan membuat anak kehilangan konsep inti dari kurikulum yang seharusnya dikuasai lebih dulu.

Jika dilihat dari cara-cara siswa belajar dari rumah, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebagian besar siswa belajar dengan mengerjakan soal dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif dilakukan kurang dari 40 persen siswa. Namun cukup banyak siswa yang juga memanfaatkan belajar melalui televisi, buku, maupun sumber belajar lainnya.

Oleh karena itu, Kemendikbud akan segera menyediakan modul-modul yang memudahkan anak yang terpaksa belajar sendiri atau minim panduan dari guru. Modul-modul akan dibuat menarik sehingga bisa mengurangi kebosanan anak.

“Ini tentunya bukan satu-satunya solusi, tetapi bagian dari upaya untuk membantu anak bisa belajar,” kata Totok.

Khusus untuk daerah 3T atau yang tidak terjangkau internet, Kemendikbud akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pendistribusian modul-modul cetak yang dapat membantu siswa yang harus belajar dari rumah.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*