Para narasumber di semiloka Mitigasi Bencana Tsunami di Pushidrosal, Kamis, 28 Desember 2017 (KalderaNews/Pushidrosal) |
JAKARTA, KalderaNews.com – TNI AL sedang mengembangkan Pangkalan di Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah. Untuk mengurangi risiko bencana dan potensi kerugian akibat bencana maritim di masa yang akan datang, khususnya bencana tsunami yang berpotensi berdampak pada infrastruktur yang sedang dikembangkan di Teluk Ratai maupun Teluk Palu tersebut, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menggelar semiloka bertema Mitigasi Bencana Tsunami terhadap Pembangunan Pangkalan TNI AL Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah, bertempat di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara, Kamis, 28 Desember 2017.
Kegiatan semiloka tersebut bertujuan untuk memperoleh masukan dari akademisi dan praktisi tentang tingkat bahaya gempa/tsunami dan dampak terhadap infrastruktur pantai serta langkah-langkah mitigasi/solusi yang dapat dilakukan.
Adapun hasil semiloka juga diharapkan dapat menjadi tambahan masukan bagi kelanjutan pembangunan Pangkalan TNI AL Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah, serta Pangkalan TNI AL pada umumnya.
Hadir selaku narasumber di acara ini Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc, dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengetengahkan topik Potensi Tsunami di Pangkalan TNI AL Teluk Ratai dan Teluk Palu Sulawesi Tengah, Prof. Dr. Radianta Triatmadja (UGM Yogyakarta) dengan topik Mitigasi Bencana dengan Perencanaan Konstruksi Rekayasa Pantai dan Dr. Rer. nat. Poerbandono, S.T, M.M (ITB Bandung) dengan topik Hidrografi dan Mitigasi Bencana Tsunami dengan moderator Kolonel Laut (E) Yanuar Handwiono, SH, M.Tr (Han) yang sehari-harinya menjabat sebagai Dirpamkersamtas Pushidrosal.
Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro antara lain menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah suatu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun demikian, posisi geografis Indonesia yang terletak dalam jalur “ring of fire” perlu menjadikan perhatian serta pertimbangan khusus.
Ketidakpahaman terhadap karakteristik dan fenomena alam di wilayah pesisir dan lautan akan berdampak pada risiko bencana yang berpotensi mengancam jiwa dan harta benda, seperti tsunami, gempabumi, abrasi, gelombang pasang, typhoon, letusan gunung api laut, serta kenaikan muka air laut. Ancaman-ancaman tersebut dapat dikurangi dampaknya jika data-data bawah laut dan aktivitas manusia di laut dan di pesisir laut dapat dipetakan secara akurat serta antisipasi mitigasi bencana tsunami telah disiapkan dengan baik dan terencana.
Kapushidrosal berharap hasil dari pertemuan ini dapat mengurangi atau mensiasati potensi dampak bencana tsunami terhadap asset TNI AL yang sedang dikembangkan saat ini, dengan adanya peran aktif akademisi dan lembaga penelitian dalam bidang kebencanaan maritim, dengan harapan data dan informasi kebencanaan maritim dapat lebih akurat dan menjadi bagian teknokratis pembangunan berkelanjutan yang berbasis pengurangan risiko bencana. (NS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply