Inilah Hasil Olah Rasa SDK PENABUR Jakarta Melalui Program SPIRIT 2018

Sharing for Empowerment
Anak-anak di lereng Gunung Merapi (KalderaNews/Panitia SPIRIT 2018)

JAKARTA, KalderaNews.com – Salah satu pilar dari empat pilar pendidikan yang digagas oleh UNESCO yaitu learning to live together (belajar hidup bersama). Pilar keempat ini menekankan pentingnya nilai dalam hidup bersama seperti saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima.

Nilai-nilai seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku dan agama. Gagasan besar yang terkandung di dalamya tentu saja nilai-nilai yang bakal menjadi bekal dalam berperan di lingkungan di mana individu tersebut berada sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

Tak mengherankan untuk tujuan mulia seperti ini, pendidikan di Indonesia juga harus diarahkan bukan hanya pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional, melainkan juga pada sikap, kepribadian dan moral.

Pada dasarnyam pilar keempat ini adalah tujuan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Seperti diketahui, manusia pada dasarnya tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Oleh karenanya, mampu memahami dan menghargai orang lain, sejarah dan nilai-nilai budaya orang lain adalah salah satu tugas pendidikan.

BACA JUGA:
Potret Nyata Kemandirian Anak-anak SDK PENABUR Jakarta
SDK PENABUR Jakarta Transformasikan Budaya Lewat Program SPIRIT 2018

Semangat inilah yang setidaknya tercermin dari dalam Program SPIRIT 2018 yang diikuti 851 siswa-siswi kelas 5 SDK PENABUR Jakarta di Yogyakarta pada 16-20 Maret 2018 lalu. Turut hadir selaku pendamping bagi siswa-siswi dari 19 SDK PENABUR Jakarta yang tersebar di wilayah Jabodetabek yaitu 89 guru.

Ada banyak kegiatan yang dilakukan pada SPIRIT 2018 ini mulai dari hidup di pedesaan, belajar membuat gerabah, membatik, belajar menari, mengunjungi museum, kuliner nasi kucing, hingga baksos pada lansia dan para kusir andong.

Dengan tema besar “Bangga Menjadi Indonesia“, terang Ketua Panitia SPIRIT 2018, Lidya Ida Fatonah pada KalderaNews, anak-anak juga belajar olah rasa. Membuat gerabah, membatik dan menari membutuhkan kesabaran dan rasa. Baksos pada lansia dan kusir andong juga dimaksudkan untuk mengasah kepedulian anak-anak.

Ketua Panitia SPIRIT 2018, Lidya Ida Fatonah (KalderaNews/Dok. Pribadi)

Sebagai satu kesatuah utuh dari program, olah rasa ini boleh dikata membuahkan hasil. Hasil semacam ini nyata dirasakan bukan oleh pribadi yang bersangkutan, melainkan oleh orangtua murid dalam testimoni mereka. Berikut ini 2 (dua) testimoni orangtua murid yang sampai di redaksi KalderaNews

Dua hal yang membuat saya terenyuh. Pertama pas acara beli kaos TJ. Sengaja video call hanya utk nanya. Mama, suka ga yang ini hik hik hik (nelp pas lagi ada rapat sama direktur, di tengah rapat saya ngacir #maafPak #peace), sambil berharap cemas sama ukurannya. Nanti bajunya saya pigura jadi master piece. Trus tadi sore… Ting…  WA masuk, ada foto dengan kumpulan oleh-oleh kecil yang beraneka ragam…. Aduhhh….  Ternyata gini yah perasaan orang tua kalau dibeliin oleh-oleh dari anaknya….Jadi bagian intropeksi diri ke orang tua,  bahwa terkadang bagi kita “ah, ngapain susah susah,  yang ginian di sini juga banyak …. Ternyata bagi orang tua artinya segudang, karena yang tak ternilai itu bukan harganya, tapi ingat dan perhatiannya. Makasih Spirit2018  bukan hnya anak yang belajar dalam kegiatan ini,  saya orang tua juga belajar: melepas anak, menyakinkan diri kalau anak akan baik baik saja tanpa kita, perhatian itu dari hal paling kecil, menghargai keberadaan anak dekat kita (karena baru 3 malam udah beda rasanya,  walau sering tugas kantor, tapi beda, kalau tugas kantor anak di rumah, di lingkungan yang mereka sudah paham, kalau ini.” (NN)

Utama nya yg didapatkan adalah waktu dia berangkat pagi-pagi sekali, di sepanjang perjalanan menuju merapi dan saat berada di kaki gunung merapi, dia *sangat merasakan rasa syukur dan rasa kagum dengan alam ciptaan Tuhan di Indonesia*. Berikut sepenggal message kpd saya: “Mom, waktu di merapi, pagi pagi banget jam 3/4an, masih ada bintangg ?? bagus banget mom, ga ada di Jakarta trs liat2 museum tentang yg bekas2 nya waktu gunung merapi meletus tahun 2010 yg lalu”. Lalu dia mengabadikan keindahan alam di sekitar merapi melalui photo-photo. Selain itu, mendapat pelajaran lain, utk *mempraktekan* rasa berbagi, gantian memakai kamar mandi dan fasilitas lainnya. Juga mempraktekan bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat dan menikmati kehidupan di pedesaan. Dimana selama ini hal itu hanyalah merupakan sebuah teori dari sebuah matpel di sekolah ??. Sangat komunikatif dan super sabarrr.. terhadap anak-anak/peserta dan mami-mami dari peserta ?? honestly, kami sbg ortu jadi merasa nyaman menitipkan anak-anak kami lama acara Spirit berlangsung. Thank you dan God bless you all ???????? *Spirit2018 “Bangga Menjadi Indonesia”*.” (NN)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*