![]() |
Ketua Bidang PSDO KOHATI PB HMI, Eva Nurpadilah Hasanah (KalderaNews/Ist) |
PONOROGO, KalderaNews.com – Korps HMI Wati (KOHATI) cabang Ponorogo baru-baru ini menyelenggarakan LKK (Latihan Khusus Kohati), tepatnya Minggu 6 Mei 2018 lalu. Acara yang diselenggaraakan di Kota Reog tersebut mengusung tema “Terbinanya kader HMI-Wati yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan”.
Ketua Bidang PSDO KOHATI PB HMI, Eva Nurpadilah Hasanah menegaskan berdirinya Korps HMI-Wati tentu tidak terlepas dari bagaimana dinamika yang terjadi dalam fase sejarah juang HMI.
Diketahui, HMI adalah organisasi mahasiswa tertua yang sangat menjunjung tinggi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan misi sederhana awalnya yaitu “Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia” serta “Menegakkan Syiar Agama Islam”.
Pembentukan Korps HMI-Wati (KOHATI) pada 17 september 1966 silam, terangnya, tidak terlepas pada fase sejarah perjuangan HMI yang waktu itu berada pada fase Kebangkitan HMI dan Pelopor Pejuang Orde baru.
Pada 1966 silam terjadi pergolakan semangat mahasiswa sebagai agen of change dengan menurunkan presiden, adanya Tritura sampai keluarnya Supersemar. Kenapa tahun 1966 merupakan fase pelopor? Karena pada saat itu Wakil Ketua PB HMI yaitu Mar’ie Muhammad menjadi Koordinator Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Begitu banyak pengaruh HMI dari awal dibentuk sampai sekarang. Di lapisan mana pun kontribusinya dapat dirasakan.
“Adanya forum kegiatan-kegian yang diselenggarakan oleh Kohati seperti Latihan Khusus Kohati (LKK) menjadi sarana akselerasi peningkatan kapasitas peran kader HMI wati dalam mengemban misi HMI,” tandasnya.
Akselerasinya adalah bagaimana peran sebagai Kader HMI wati dapat termaksimalkan dengan baik sebagai pembina dan pendidik HMI wati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Idonesiaan. Karena KOHATI adalah bagian dari Integral HMI maka sebagai Badan Khusus yg merespon isu dan dinamika keperempuanan, harus bergerak pada jalur mewujudkan tujuan HMI.
“Aplikasi terhadap ranah domestik dan publiknya harus seimbang, karena KOHATI sebagai laboratorium kehidupan dan tempat belajar kader HMI wati, yaitu bagaimana dia menjadi anak perempuan yang baik, mempersiapkan calon istri, calon ibu, hingga disiapkan menjadi anggota masyarakat profesional. Harapannya, kader HMI wati mampu menyeimbangkan peran dan fungsinya di ranah domestik tuntas, ranah publik pun mumpuni,” pungkasnya. (NS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply