JAKARTA, KalderaNews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa kitab suci menjadi mayoritas dibaca penduduk Indonesia. Membaca kitab suci ternyata menduduki urutan pertama dari jenis bacaan yang lain. Ia mengalahkan buku pelajaran, buku pengetahuan, buku cerita, maupun surat kabar dan majalah.
Hasil itu tersimpulkan dari “Publikasi Statistik Sosial Budaya Tahun 2018” yang disiarkan BPS pada akhir Juli lalu. Data ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018.
BACA JUGA
- Guru Berprestasi Utamakan Inovasi dan Kreasi Pembelajaran
- Selamat Hari Pramuka: Sejarah dan Asal-Usul Gerakan Pramuka Indonesia
- 55 Ilmuwan Diaspora Siap Berbagi Ilmu di Simposium Cendekia Kelas Dunia 2019
- Kemenristekdikti Gelar Kompetisi Film Pendek Berhadiah Rp 20 Juta, Tutup 8 September 2019
Dalam persoalan minat baca, bangsa ini sebenarnya bisa sedikit berbangga. Kini, seperti diungkapkan dalam laporan itu, budaya minat baca Indonesia hampir dirasakan pada semua kelompok umur. Jika diproporsikan jumlahnya sekira 77,94 persen.
Tapi, BPS memberikan catatan, tingginya angka minat baca masih diiringi pula oleh kesenjangan, seperti kesenjangan membaca antara penduduk non-disabilitas (78,68 persen) dan disabilitas (47,51 persen). Kesenjangan pun terjadi pada kelompok penduduk yang tinggal di wilayah berkategori perdesaan (72,07 persen) dan perkotaan (82,65 persen). Namun, pada kelompok jenis kelamin, tak ada perbedaan minat baca yang signifikan di antara kelompok laki-laki dan perempuan.
Nah, yang menarik dari laporan BPS tersebut, bahwa kitab suci menjadi yang paling banyak dibaca masyarakat. Dari semua responden, sekitar dua pertiga bagiannya (66,34 persen) menyatakan membaca kitab suci dalam kurun seminggu terakhir. Proporsi penduduk yang membaca kitab suci jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kategori penduduk yang membaca jenis-jenis buku lainnya. Buku pelajaran sekolah, misalnya, hanya dibaca 25,74 persen dari total penduduk. Menyusul, sebanyak 21,59 persen membaca buku pengetahuan dan 10,85 persen membaca buku cerita. Sementara, media massa sejenis surat kabar hanya dibaca 17,34 persen penduduk. Majalah atau tabloid jauh lebih kecil lagi, hanya dikonsumsi 6,05 persen penduduk.
Kalangan pembaca kitab suci pun menunjukkan bahwa usia muda(7-18 tahun) relatif lebih banyak. Terhitung sebanyak tiga perempat bagian penduduk dalam kategori usia tersebut, kategori usia dari mereka yang mengenyam pendidikan formal, membaca kitab suci. Sebaliknya, justru kalangan yang berusia tua, di atas 60 tahun ke atas, paling sedikit membaca kitab suci.
Ternyata, kalangan berusia muda lebih banyak membaca kitab suci dibandingkan mereka yang berusia tua. Hal ini tentu memunculkan tanya. Apakah perbedaan yang sangat signifikan ini lebih banyak terkait dengan pendidikan keagamaan yang mereka terima di bangku sekolah? Sementara bagi usia tua, apakah justru persoalan kendala fisik turut menghalangi akses kegiatan membaca kitab suci? Ataukah ada faktor lain yang mendasarinya, seperti kebangkitan gerakan berbalut agama yang terjadi belakangan ini?
Namun, data-data tersebut tentu tak bisa menjelaskan pertanyaan tersebut. Dalam survei tersebut memang tak terjelaskan apakah terdapat perbedaan minat baca kitab suci di antara berbagai agama yang tumbuh di negeri ini. Sepertinya butuh kajian lebih mendalam tentang hal ini.
Hasil survei mengungkapkan hal yang cukup menarik, seperti adanya perbedaan yang cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan; di mana kelompok perempuan yang membaca kitab suci lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Namun, terhadap media massa, khususnya surat kabar, justru laki-laki lebih banyak.
Pun dari sisi domisili. Kegiatan membaca kitab suci lebih banyak dilakukan penduduk perkotaan ketimbang pedesaan. Perbedaan cukup mencolok, lantaran terpaut hingga sekitar 10 persen di antara keduanya.
Dari laporan BPS tersebut membuktikan bahwa unsur religi masih amat mendominasi dalam kehidupan warga. Tingginya masyarakat; hampir dua pertiga penduduk Indonesia, yang membaca kitab suci dibandingkan dengan jenis bacaan lainnya, telah menunjukkan wajah Indonesia saat ini. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply