BINTARO JAYA, KalderaNews.com – BPK PENABUR Jakarta sukses menyelenggarakan kegiatan The Power of Culture “Batik Carnival” di Jalan Boulevard Bintaro (depan sekolah BPK PENABUR Bintaro Jaya), Minggu, 17 November 2019, pukul 06.00-09.00 WIB. Acara diikuti oleh 890 peserta didik TKK dan SDK PENABUR Bintaro Jaya. Total bersama guru dan para orangtua, acara ini dipadati ribuan orang.
Ragam permainan tradisional, alat musik angklung, serta tarian tradisional jaranan ditampilkan di acara pawai. Ikon Garuda Pancasila Bhinneka Tunggal Ika serta hasil karya batik peserta didik yang terlukiskan pada kaos serta kain sepanjang 30 meter pun ikut dipertunjukan.
Tak lupa, acara ini didukung oleh para orangtua peserta didik yang ikut mendampingi para putra-putrinya mengkampanyekan kebudayaan Indonesia di sepanjang jalan car free day.
BACA JUGA:
- Di Hari Pahlawan Berjaya di Jerman, Claudia Pahlawan Masa Kini?
- Ibu Negara Ekuador Kagumi Kerajinan Indonesia
- Dubes Oegroseno Doakan Claudia Juara The Voice of Germany
- Mau Ngajar atau Perang? Dosen Universitas Kristen Petra ini Gemar Pakai Kostum Pejuang
Acara ini memiliki tujuan selaras dengan Pekan Kebudayaan Nasional yang sebelumnya dilaksanakan pada 7-13 Oktober 2019 sebagai strategi pemajuan kebudayaan di Indonesia.
Apalagi, UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and the intangible Heritage of Humanity). Karena itu penting bagi Bangsa Indonesia untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober.
“Persiapannya dari Agustus 2019 dimulai dengan pembuatan batik oleh anak-anak, dikeringkan dan diperhalus. Rencananya dilaksanakan 20 Oktober 2019 lalu, tapi karena ada agenda nasional (Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI) maka car free day ditiadakan. Acara pun diundur,” tutur Kepala Sekolah SDK PENABUR Bintaro Jaya, Joko Mulyono pada KalderaNews melalui jaringan telepon.
“Anak-anak kecewa waktu dibatalin sampai ada yang guling-guling. Saya ditujukin fotonya. Namanya anak-anak belum bisa menerima kondisi,” imbuhnya.
Saat dipastikan tetap akan digelar, anak-anak pun kembali bersemangat. Demikian “Batik Carnival” menyediakan ruang keberagaman ekspresi budaya anak Indonesia, yang selanjutnya diharapkan dapat mengajak masyarakat sekitar untuk bangga dan melestarikan batik sebagai budaya bangsa.
Adapun tujuan Batik Carnival ini sendiri, imbuhnya, ada skala kecil dan besar. Skala kecil untuk anak-anak, kebetulan di PENABUR Bintaro Jaya ada program entrepreneurship, terutama yang art entrepreneur.
“Kebetulan yang batik ini termasuk bagian dari materi yang ada di sekolah kami. Tujuan kami untuk anak-anak ada wahana, apresiasi dan aktualisasi hasil karya anak. Hasil tersebut ditunjukkan pada orangtua dan masyarakat. Semua yang dipamerkan hasil karya anak. Ini tujuan internal kami.”
Selanjutnya, untuk skala besar tentunya sesuai dengan visi-misi sekolah PENABUR Bintaro Jaya yang ingin mengembangkan budaya nasional. Sekolah PENABUR Bintaro Jaya ingin mengajak masyarakat sekitar sekolah untuk lebih menghargai dan bangga dengan batik.
“Sementara yang lebih besar lagi, saya berharap dari kurikulum pendidikan (Kemendikbud) ada materi batik. Materi batik masuk dalam kurikulum karena setiap daerah itu mempunyai batik sendiri-sendiri. Ini bagian dari tanggungjawab kami sebagai bangsa Indonesia karena batik sudah diakui sebagai warisan,” tandasnya.
Ia pun mengakui menumbuhkan rasa cinta peserta didik dan masyarakat akan batik sebagai hasil budaya Bangsa Indonesia perlu didukung oleh banyak pihak, misalkan pemerintah, seperti dengan diadakan Pekan Kebudayaan Nasional ataupun kegiatan-kegiatan lain bertemakan batik.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply