Berkat Detektor Neuropati Perifer Diabetes, Tim UGM Raih Penghargaan Internasional

Tim UGM, Regita Rahma Maharatri dan Ilham Fazri menyabet medali emas dalam ajang ISTEC 2020. (Dok.Humas UGM)
Tim UGM, Regita Rahma Maharatri dan Ilham Fazri menyabet medali emas dalam ajang ISTEC 2020. (Dok.Humas UGM)
Sharing for Empowerment

BANDUNG, KalderaNews.com – Tim Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meraih medali emas dalam ajang International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2020 yang digelar di Graha Manggala Siliwangi, Bandung. ISTEC adalah kompetisi internasional dalam bidang sains, teknologi, dan teknik.

BACA JUGA:

Kompetisi ini diikuti 338 peserta yang terbagi dalam 174 tim dari 14 negara. ISTEC diadakan oleh Bandung Creative Society berkolaborasi dengan Indonesian Young Scientist Association ini. Dalam ajang ini, tim UGM yang beranggotakan Regita Rahma Maharatri (Ilmu Keperawatan FK-KMKk) dan Ilham Fazri (Elins FMIPA) berhasil menyabet medali emas dari kategori teknologi.

“Kami menampilkan inovasi Smart Portable Peripheral Neuropathy Diabeticum Screening Tool atau Spherotec,” jelas Regita. Spherotec, katanya, merupakan sebuah purwarupa perangkat portabel yang tersusun dari berbagai sensor serta terhubung dengan ponsel pintar. Fungsi utama alat ini untuk mendeteksi dini neuropati perifer pada penderita diabetes melitus. Lantas, alat ini akan membantu mengklasifikasikan tingkat risiko dari 0-3 sesuai dengan data International Diabetes Federation (IDF).

Regita menerangkan, ide pengembangan perangkat ini berawal dari keprihatinan akan tingginya jumlah penderita diabetes di Indonesia, bahkan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Data IDF mencatat, saat ini terdapat 463 juta orang hidup dengan diabetes dan diprediksi jumlahnya akan terus merangkak naik hingga 51 persen pada tahun 2045.

“Diabetic Peripheral Neuropathy merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai pada penderita diabetes. Jika tak dilakukan pemeriksaan secara dini, neuropati perifer ini akan berkembang menjadi ulkus kaki dan dapat mengarah ke lower extremity amputation,” papar Regita.

Melalui alat ini, harap Regita, dapat menjadi solusi alternatif dalam mencegah terjadinya ulkus kaki diabetikum yang jika tak tertangani bisa mengarah pada upaya amputasi. Perangkat ini juga dilengkapi dengan fitur edukasi sesuai dengan risiko yang terdeteksi. Dengan begitu, Spherotec dapat membantu mencegah peningkatan risiko, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran serta mempertahankan kualitas hidup pasien diabetes.

“Semoga dengan alat ini dapat dilakukan pemeriksaan secara dini, rutin, dan mudah. Selain itu, penderita dapat meningkatkan kesadaran sehingga amputasi dapat dicegah, selain melakukan kontrol gula darah serta perawatan kaki yang baik,” urainya. (yp)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*