
CIBINONG, KalderaNews.com – Ditetapkannya wabah COVID-19 sebagai pandemik global oleh WHO berimbas pada kebijakan-kebijakan pemerintah daerah di Indonesia dalam penangananan virus yang penyebaraannya bermula dari kota Wuhan, Tiongkok.
Beberapa pemerintah daerah melakukan pemusnahan ratusan ekor kelelawar jenis kalong dan codot. Mamalia terbang itu dikhawatirkan menjadi binatang pembawa (vector) virus COVID-19.
Penelitian terbaru dan analisis genomik mengenai virus COVID-19 menjelaskan bahwa transmisi utama terjadi manusia ke manusia.
BACA JUGA:
- LIPI: Jahe Merah Tidak Membunuh Virus Corona
- Rapid Test Corona Massal Bakal Segera Direalisasikan di Indonesia
- Duh, Kontribusi Swasta dalam Riset Nasional Masih Sangat Kecil
- Ini 7 Permintaan Jokowi untuk Percepatan Penanganan Virus Corona
- Update Corona: 19 Meninggal, Positif 227 dan 11 Sembuh, Terbanyak DKI Jakarta
- Gegara Virus Corona, Pekerja “Dirumahkan”, Yuk Simak Tips Bekerja di Rumah
- Jangan Terlena Hingga 29 Mei 2020, 172 Pasien Positif Corona, 9 Sembuh, 5
“Perdagangan satwa liar di Wuhan, Tiongkok yang tidak diregulasi dan sering kali ilegal adalah hal yang menyebabkan kemunculan dan persebaran virus COVID-19,” jelas Sigit Wiantoro, Peneliti Biosistematika Vertebrata Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Cibinong, Jawa Barat pada Rabu, 18 Maret 2020.
Sigit menjelaskan, pasar satwa liar merupakan tempat hewan dibawa oleh manusia dalam keadaan stres tinggi dengan fisiologi yang melemah setelah dipindahkan dari alam liar.
Sigit menjelaskan, tidak mengganggu dan merusak satwa liar dan habitat alaminya adalah solusi yang lebih tepat untuk mencegah terjadinya wabah virus di kemudian hari .
“Membasmi kelelawar justru dapat memberikan efek yang berlawanan terhadap penyebaran penyakit,” jelasnya.
Dirinya mencontohkan, upaya pembasmian kelelawar di Amerika Selatan untuk mengontrol rabies justru tidak berhasil.
“Justru perubahan ekosistem yang disebabkan oleh manusialah yang menjadi penyebab utama kemunculan penyakit- penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia,” kata Sigit.
Ia menjelaskan kelelawar sangat penting bagi ekosistem dan kehidupan manusia. Kelelawar pemakan buah memiliki peran penting sebagai penyerbuk bunga. Kelelawar pemakan serangga berperan dalam pengendalian hama di lahan pertanian dan perkebunan, selain itu juga berfungsi sebagai pengendali populasi serangga yang berpotensi sebagai vektor penyakit, misalnya nyamuk.
Kelelawar juga merupakan bagian penting dari ekosistem hutan sebagai penyebar biji yang kemudian tumbuh menjadi pohon-pohon baru penyedia oksigen bagi manusia.
“Menjaga populasi kelelawar yang sehat dengan tidak mengganggu dan tidak membasminya, merupakan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit serta menjaga keseimbangan ekosistem,” pungkas Sigit.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply