Eropa Vs AS, Siapa Lebih Unggul Tangani COVID-19? Ini Kata Profesor LSE Inggris

Profesor Ilmu Ekonomi dan Politik London School of Economics, Christopher Pissarides. (The Times)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com –– Profesor Ekonomi dan Ilmu Politik dari London School of Economics (LSE), Christopher Pissarides, memiliki pendapat yang menarik ketika membandingkan Amerika Serikat dan Eropa dalam menanggulangi pandemi COVID-19.

Pemenang Nobel untuk Ekonomi tahun 2010 itu menyoroti kebijakan kedua kekuatan ekonomi itu dari cara mereka mengatasi kemerosotan pendapatan masyarakat.

Pissarides mengatakan pembuat kebijakan Eropa bekerja lebih baik dalam melindungi ekonomi rakyat mereka dari pandemi coronavirus daripada rekan-rekan mereka di AS.

BACA JUGA:

Diwawancarai oleh CNBC pada Jumat lalu, ia mengatakan pencegahan kehilangan pendapatan masyarakat memainkan bagian penting dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi ini.

“Pendekatan Eropa membantu perekonomian lebih baik karena (mereka) membuat pekerja dan perusahaan tetap terhubung satu sama lain, dan itu akan membawa pemulihan yang lebih cepat ketika waktunya sudah siap,” kata dia.

Menurut dia, kebijakan yang diambil oleh negara-negara di Eropa yang mempertahankan hubungan antara perusahaan dan karyawan di masa pandemi, membuat karyawan “tidak berkeliaran melakukan hal-hal lain,” sehingga mencegah mereka dari kehilangan keterampilan mereka dan keharusan untuk belajar kembali.

Hal ini berbeda dengan di AS. Sejak pandemi mengharuskan perusahaan menutup operasinya, secara teknis para pekerja di Negara Paman Sam dianggap mengambil cuti di luar tanggungan.

Mereka tetap berstatus sebagai karyawan sampai kelak perusahaan beroperasi kembali, hanya saja mereka tidak digaji. Mereka hanya memperoleh sejumlah tunjangan seperti asuransi kesehatan. Pada saat yang sama, mereka berhak mendapat tunjangan pengangguran dari negara, yang jumlahnya bervariasi menurut negara bagian.

Presiden Donald Trump pada bulan Maret lalu menyetujui stimulus bersejarah untuk penanggulangan coronavirus senilai US$2 triliun yang mencakup pembayaran satu kali kepada perorangan, (besarnya US$1.200 per orang) serta pinjaman dan hibah untuk bisnis dalam upaya mencegah PHK. Stimulus itu juga ditujukan untuk mencegah PHK, dan memperkuat asuransi pengangguran.

Dalam sembilan minggu sejak lockdown diterapkan, 38,6 juta pekerja Amerika telah mengajukan klaim pengangguran karena perusahaan secara terpaksa memberhentikan mereka atau mereka meninggalkan pekerjaan mereka.

Eropa mengambil kebijakan yang berbeda. Mereka mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk melindungi pasar kerja dari dampak Covid-19, dengan memperkenalkan program subsidi upah.

Di Jerman, misalnya, skema “Kurzarbeit” memungkinkan perusahaan untuk meminta pekerja mereka bekerja di rumah dan secara substansial memangkas jam kerja mereka. Dengan skema ini, pekerja tersebut tetap berstatus sebagai karyawan, hanya saja negara mendanai sekitar dua pertiga dari gaji mereka. Karyawan juga diizinkan untuk bekerja paruh waktu, yang mengurangi biaya gaji yang harus dibayarkan pemerintah.

Prancis memiliki program serupa, dimana pemerintah membayar 70 persen dari pendapatan kotor karyawan jika jam kerja mereka berkurang atau terputus karena pandemi COVID-19.

Di Inggris, pemerintah membayar 80 persen dari pendapatan pekerja untuk mereka yang bergaji maksimal £ 2.500 per bulan. Irlandia membayar hingga 85 persen dari gaji karyawan yang bekerja dari rumah.

Lebih dari 30 juta pekerja di lima ekonomi terbesar Eropa – Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol – telah mengandalkan negara untuk mendapat dukungan upah pada akhir April, menurut Financial Times.

Pissarides, seorang ekonom berdarah Inggris-Siprus, mengklaim bahwa dengan fokus pada melindungi mata pencaharian masyarakat, para pembuat kebijakan di Eropa meningkatkan moral di pasar tenaga kerja – yang akan membantu memulai pemulihan ekonomi di kawasan itu.

“Terlepas dari semua hal yang terjadi di sekitar kita dengan pandemi ini, jika Anda masih memiliki pekerjaan Anda dan pemberi kerja tetap berhubungan bahkan jika Anda tidak dapat pergi ke kantor, ini adalah hal yang sangat penting ketika nanti pemulihan datang,” katanya.

“Jadi saya harus mengatakan, pendekatan Eropa adalah yang pasti akan saya pilih.”

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*