JAKARTA, KalderaNews.com — Untuk pertama kalinya setelah mengumumkan kebijakan lockdown 10 minggu yang lalu, hari ini, 1 Juni, Inggris membuka kembali sebagian sekolah mereka, meskipun ada kekhawatiran bahwa pelonggaran ini terlalu cepat di salah satu negara yang paling terkena parah pandemi COVID-19 di Eropa ini.
Anak-anak sekolah dasar kelas satu dan kelas enam di Inggris kembali ke ruang kelas, walaupun sekolah-sekolah di Skotlandia dan Irlandia Utara baru akan masuk pada Agustus dan September. Sementara itu Wales belum membuat keputusan.
BACA JUGA:
- #KemanaRektorUM Trending Topic, Warganet Tuntut Penghapusan UKT
- FH UGM Trending Topic, Warganet Berkicau Pemberangusan Kebebasan Akademik
- Tuntut Transparansi UKT, Setelah Unsoed Kini Giliran #UNYBergerak Trending Topic
- BEM Unsoed 2020 Tuntut Keadilan, Tagar #unsoedjutek dan #ReformasiUnsoed Trending Topic
- Tagar Unsoedjutek dan ReformasiUnsoed Berisi Kicauan dan Meme Satir Warganet pada Rektor Unsoed
Kebijakan pelonggaran ini telah mendatangkan perdebatan publik yang cukup luas di Inggris. Sekitar 20 otoritas lokal menolak keputusan pembukaan sekolah dan meminta sekolah dasar di wilayah mereka untuk tetap tutup.
Perdebatan publik yang sengit terutama berkaitan dengan risiko terhadap anak-anak dan guru, dan apakah membuka kembali sekolah dapat menciptakan gelombang kedua infeksi.
Serikat guru terbesar di Inggris yang beranggotakan 450.000 orang, menginginkan pembukaan kembali sekolah di Inggris ditunda selama dua minggu lagi. Sementara sebuah jajak pendapat mengatakan hanya 45 persen dari orang tua yang sekolahnya buka, siap mengirim anak-anak mereka ke kelas.
Laporan pandangan mata memang mengatakan anak-anak yang masuk ke sekolah hari ini tidak terlalu banyak. Namun, salah seorang menteri di Inggris, Robert Jenrick, menekankan sangat penting bagi anak-anak untuk kembali ke ruang kelas dan mendapatkan makan siang di sekolah. Sebab bila tidak, yang akan sangat terpukul adalah keluarga yang kurang beruntung.
“Semua bukti menunjukkan anak-anak dari keluarga miskin yang paling kehilangan,” kata Jenrick pada hari Minggu, tentang dampak pandemi COVID-19 pada penutupan sekolah. “Saya tidak ingin itu berlanjut.”
Paul Brennan dari Al Jazeera, yang melaporkan dari London, mengatakan anak-anak yang kembali ke sekolah menemukan lingkungan sekolah yang sangat berbeda dengan kelas yang mereka tinggalkan.
Antara lain letak meja yang direnggangkan dengan mengikuti kebijakan jarak sosial, disediakannya masker wajah dan ukuran kelas yang jauh lebih kecil dari sebelumnya.
Sementara itu Sky News melaporan pembukaan kembali sekolah di Inggris dengan menampilkan sejumlah foto.
Kebijakan pelonggaran pembatasan sosial di Inggris, kecuali menyangkut pembukaan kembali sekolah, juga meliputi diperbolehkannya orang berkumpul hingga enam orang dan bertemu di tempat-tempat umum.
Aturan baru itu juga membuka kebebasan bagi keluarga dan teman untuk berwisata atau pesta barbeque maupun bepergian seantero Inggris sepanjang mereka tidak menginap.
Toko-toko juga diperbolehkan buka, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pemerintah bersikeras bahwa kebijakan social distancing tetap berlaku terutama tentang aturan menjaga jarak fisik dua meter ketika di luar rumah.
Pemerintah mengatakan telah mmenuhi lima pengujian sebelum memutuskan pelonggaran dan mengatakan nilai R, yang menggambarkan tingkat penularan COVID-19, di Inggris secara konsisten berada di bawah satu.
Toko Ikea yang dibuka kembali pada hari ini di Inggris dan di Irlandia Utara, langsung diantre oleh pengunjung. Pemeriksaan temperatur dilakukan terhadap pengunjung dan pembayaran hanya boleh dengan kartu.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply