JAKARTA, KalderaNews.com – Jamur enoki atau Flamulina velutipes merupakan jamur pangan (edible mushrooms) yang bercitarasa lezat. Jamur ini populer sebagai campuran sayur pada makanan oriental, macam shabu-shabu, tempura, atau sukiyaki.
BACA JUGA:
- Musim Kemarau Tahun Ini Cenderung Basah, Cek Potensi Kekeringan di 30% Wilayah ZOM Ini
- Imbas Pandemi Covid-19, Begini Kata Peneliti Sosial LIPI
- Saintis Cantik Ini Kembangkan Alat Tes COVID-19 Praktis, Semudah Tes Kehamilan
- Kepuasan dan Kepercayaan Customer Jadi Kunci Kesuksesan Bisnis di Masa Transisi
- Teknologi dan Inovasi Keuangan: Evolusi Bisnis Perbankan
- Buruan, 75 Beasiswa Master (S2) Double Degree Swiss German University Tutup 15 Juni 2020
- Charles Lim: Indonesia Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber
- Lanskap Strategi Bisnis di Tengah Krisis Pandemi Covid-19 dan The New Normal
Tapi baru-baru ini, Amerika Serikat, Australia, serta Kanada mengkonfirmasi adanya Kejadian Luar Biasa pada Maret-April 2020 akibat konsumsi jamur enoki asal Korea Selatan yang tercemar bakteri Listeria monocytogenes.
Nah, berikut penjelasan para peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) seputar jamur enoki dan bakteri patogen pengkontaminasinya.
Kejadian Luar Biasa di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada menurut peneliti mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Iwan Saskiawan dikarenakan ada kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes saat proses pengepakan jamur enoki atau saat penyimpanan sebelum siap dikonsumsi. Kementerian Pertanian RI juga telah melakukan langkah pemusnahan jamur enoki impor asal Korea Selatan yang beredar di pasaran.
Bakteri L. monocytogenes merupakan jenis bakteri patogen yang banyak mencemari produk olahan berbahan dasar susu dan turunannya, seperti keju, es krim, dan yoghurt. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri ini juga dapat mengkontaminasi daging mentah dan sayuran.
“Penyakit yang disebabkan bakteri ini disebut dengan listeriosis yang ditandai dengan gejala demam tinggi, sakit kepala, pegal, mual, sakit perut, dan diare,” papar Iwan.
Menurutnya, sebagai bakteri patogen atau parasit, Listeria monocytogenes memang berbahaya, maka diperlukan upaya pencegahan secara total untuk menghindari kontaminasi.
“Pencucian yang sempurna dengan air mengalir serta pengolahan melalui pemanasan dan penyimpanan dengan benar, umumnya membuat jamur enoki aman untuk dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada suhu 75 derajat celsius,” kata Iwan.
Seperti beberapa jenis jamur pangan yang lain, jamur enoki mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dari hasil penelitian, rata-rata jamur pangan mengandung 19-35 persen protein lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras (7,38 persen) dan gandum (13,2 persen). Asam amino esensial yang terdapat pada jamur, ada sekitar sembilan jenis dari 20 asam amino yang dikenal. Selain itu 72 persen lemaknya termasuk jenis lemak tidak jenuh.
Jamur pangan juga mengandung berbagai jenis vitamin, seperti B1 (thiamine), B2 (riboflavin), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain kalium, fosfor, kalsium, natrium, magnesium, selenium dan tembaga. “Jumlah kandungan seratnya yang berkisar antara 7,4 hingga 24,6 persen sehingga sangat baik untuk pencernaan. Jamur enoki juga mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet,” ungkap Iwan.
Jamur enoki juga mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai senyawa antitumor, antikanker, antihipertensi, antikolesterol, dan bersifat sebagai imunomodulator.
Jamur enoki tumbuh pada suhu 23-27 derajat celsius pada fase vegetatif atau pertumbuhan miselium dan pada suhu 13-18 derajat celsius di fase generatif atau saat pembentukan tubuh buah. Hingga kini, jamur enoki belum dibudidayakan di Indonesia. Selama ini, jamur enoki yang dikonsumsi di Indonesia adalah impor dari Korea Selatan. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply