JAKARTA, KalderaNews.com — Presenter acara televisi, Valentino Simanjuntak, mengisahkan proses pengambilan keputusan dia dan istrinya saat dulu mendaftarkan putrinya sekolah di Sekolah PENABUR Bintaro Jaya.
Presenter yang memiliki ciri khas celetukan “Jebret” saat membawakan siaran pertandingan sepak bola itu mengatakan ia dan istrinya sempat berdebat. Masih ada keraguan di benak Valent, panggilan akarabnya, untuk mendaftarkan anaknya di sekolah tersebut.
“Saya dan istri dulu berdebat. Karena saya lihat anak-anak PENABUR itu jadinya mukanya serius-serius. Sementara saya, tipikalnya lebih (senang melihat anak-anak yang ) ekspresif,” kata Valent, ketika berbicara pada webinar bertajuk How Effective is Home-based Learning for Kids and Parents, Sabtu (27/06/2020). Webinar tersebut diselenggarakan oleh BPK PENABUR Jakarta.
BACA JUGA:
- Digitalisasi SDM Usia Muda, Pemkab Dairi Lirik Kampus SGU dan Telin
- Stafsus Milenial Ini Gencar Bertemu dengan Pelaku Dunia Usaha Kuliner, Ada Apa Ya?
- Dr. Eddy Keleng Ate Berut: Kabupaten Dairi Sangat Terbuka untuk Investor Digital dari Luar
- Ini Jadwal Lengkap Pencairan Dana KJP Plus dan KJMU DKI Jakarta
- Sekolah Swasta Bisa Dapat Dana BOS Afirmasi dan Kinerja 60 Juta, Ini Ketentuan Lengkapnya
- HR Director Mayora: WFH Rusak Etos Kerja dan Tenggelamkan Motivasi
- Sektor Bisnis Perlu Adaptasi dan Inovasi Cepat di Masa Transisi
Valent mengemukakan hal itu berdasarkan pemahamannya tentang pendidikan dari kacamata orang tua. Bagi Valent, belajar tidak boleh membuat anak-anak stres.
“Saya bilang kepada anak saya, kalau kamu stres karena tidak bisa kerjain pe-er, jangan kerjain. Berarti kamu memang nggak bisa, bukan karena tidak mau mengerjakan. Kalau gurunya galak, bilang sama Papa,” kata Valent, yang berbicara didampingi istrinya.
“Karena ketika anak saya jadi stres karena sekolah, saya pasti akan keluarkan dia dari sekolah itu. Saya paling tidak mau, kalau sekolah jadi tekanan bagi anak-anak,” kata Valent, yang menjadi pembicara mewakili orang tua murid.
Selain Valent, turut menjadi pembicara mewakili murid News Anchor, Michael Tjandra, (orang tua dari siswa TKK PENABUR Bintaro Jaya) dan Musisi dan Penyanyi, Ari Bernardus Lasso (orang tua dari siswa SDK PENABUR Bintaro Jaya).
Pembicara lainnya adalah Psikolog Anak, Jovita Maria Ferliana, dan Deputi Direktur BPK PENABUR Jakarta, Elika Dwi Murwani. Webinar tersebut menampilkan keynote speaker, Ketua BPK PENABUR Jakarta, Antono Yuwono, dan dipandu oleh Ossy.
Kabar baiknya, apa yang dikhawatirkan oleh Valent tidak terjadi. Persepsinya tentang murid-murid Sekolah PENABUR yang berwajah serius tak seperti yang ia bayangkan. Bahkan anaknya yang kedua, kembali ia daftarkan di TKK PENABUR Bintaro Jaya.
“Saya mendapat laporan dari istri, sekarang pelajaran di Sekolah PENABUR banyak tentang bagaimana mempresentasikan ide. Banyak tentang entrepreneurship. Nah, itu saya senang mendengarnya,” kata Valentino.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung ini berpendapat pendidikan di Sekolah Dasar hingga SMA sebaiknya tidak melulu hanya menekankan pada muatan dan prestasi akademis. Ia menyepakati apa yang dikemukakan Ketua BPK PENABUR, Antono Yuwono, yang menjadi pembicara kunci, bahwa tantangan di era disrupsi di masa mendatang sangat berbeda.
Perubahan akan semakin sering terjadi dan orang harus terbiasa fleksibel dalam menghadapi perubahan. Berganti pekerjaan sebanyak 20 kali sepanjang hidup sudah merupakan hal biasa di masa depan. Anak-anak harus terbiasa menghadapi hal seperti ini.
Untuk itu, menurut Antono Yuwono, sekolah PENABUR memperlengkapi anak didik mereka sejak dini tentang empat hal, yang disebut 4C, yaitu Communication (kemampuan berkomunikasi dengan baik), Colaboration (kemampuan berkolaborasi secara efektif), Creative (berpikir kreatif untuk menemukan solusi) dan Critical Thinking (berpikir kreatif di luar hal-hal yang lazim).
Valent menyepakati hal ini dengan berkaca pada dirinya sendiri (lulusan Fakultas Hukum dan memiliki gelas S2 di bidang Hukum namun berkarier di dunia televisi dan komunikasi). Valent yang sering menyebut dirinya sebagai trainer-presenter-lawyer itu, lebih mengharapkan anak-anaknya diperkuat dalam hal 4C tadi.
“Saya berpendapat, materi yang dipelajari dari SD sampai SMA, masih bisa berubah saat kita kerja. Seperti yang saya alami sekarang. Tetapi dasar-dasar, mengenai 4C tadi, menurut saya, harus lebih penting daripada saya dengar anak saya tidak bisa kerjain soal atau dimarahin guru karena tidak kerjain pe-er,” kata Valentino.
Tentang Home Learning
Sementara itu, tentang belajar dari rumah (home learning) di masa pandemi COVID-19, khususnya pada anaknya yang masih di TKK PENABUR, Valent mengatakan sejauh ini berjalan dengan baik.
Dari sekolah, lanjut Valent, orang tua murid menerima jadwal belajar daring. Dengan demikian ia dapat mengerti kapan waktu belajar anak-anak mereka, kendati berada di rumah.
“Saya jadi tahu, kalau jam sekian dia lagi ‘sekolah.’ Dia sedang mendengarkan gurunya. Dan yang penting, ada Renungan Pagi. Saya kan sudah jarang berdoa nih. Jadi ketika sekolahnya sering mengajarkan berdoa, itu membantu orang tua banget,” kata Valent sambil tertawa.
Meskipun demikian, Valent mengemukakan juga beberapa keprihatinannya sebagai orang tua tentang keadaan pembelajaran di masa pandemi COVID-19. Untuk itu ia berharap sekolah dapat memberikan perhatian dan bimbingan bukan hanya kepada murid tetapi juga kepada orang tua.
Salah satu keprihatinannya ialah tentang sosialisasi anak-anak dengan teman-teman dan juga gurunya yang praktis berkurang. Hal ini, bagi Valent, mendatangkan pertanyaan tentang dampak psikologis bagi pertumbuhan anak.
“Saya agak khawatir ketika mereka tidak bertemu dengan teman-teman mereka, bagaimana pembentukan anak seusia mereka,” kata Valent.
Selanjutnya, Valent juga mengungkapkan rasa was-was orang tua tentang dampak penggunaan gawai (gadget) dalam proses pembelajaran di masa COVID-19.
“Sebelum ini kita membatasi waktu mereka menggunakan gadget. Sekarang, justru untuk mengatasi kebosanan di rumah, mereka menggunakan gadget. Untuk belajar juga pakai gadget. Ini yang saya pikir, menarik juga, melihat dampak kepada mereka.
“Semakin pintar anak-anak dalam hal pergadgetan, pasti dia semakin pintar juga untuk menggunakannya untuk keperluan di luar sekolah. Nah kami berharap sekolah punya cara membantu kami orang tua untuk bicara dengan anak-anak tentang hal ini,” pungkas Valent.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply