Lucu Banget, Lukisan karya Anak-anak Singapura tentang COVID-19. Cekidot!

Aaron Yeo dan lukisannya bertajuk Masker. (The Straits Times)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga merasa tertekan selama masa pandemi COVID-19. Namun, tatkala mereka diberi kesempatan mengekspresikan imajinasi dan pengalaman tentang hal itu, hasilnya kerap tak terduga.

Alih-alih gambaran suram atau keadaan yang mencekam, yang tergambar adalah hal-hal unik dan lucu. Sungguh jauh dari hal-hal muram yang semula mungkin pernah terbayangkan orang dewasa.

BACA JUGA:

Hal ini tampak pada pameran lukisan karya anak-anak sekolah dasar di Singapura, yang diadakan oleh The Straits Times. Anak-anak diminta melukis pengalaman dan imajinasi mereka tentang COVID-19. Dengan lukisan, mereka ternyata dapat “mengucapkan apa yang tidak terucapkan,” dalam kata-kata Patrick Yee, seorang ilustrator kenamaan Singapura.

Lukisan kedua Aaron Yeo, merupakan kolase dari kata-kata positif dan negatif dari surat kabar. (The Straits Times)
Fenix Rafael menggambar sepeda miliknya, yang ia pakai di taman sekitar tempatnya tinggal selama masa Pandemi COVID-19. Sepeda ini merupakan simbol kebebasan bermain dengan teman-temannya, sesuatu yang semakin sulit di masa pandemi. (The Straits Times)
Adian Lum Jin menggambarkan berbagai gawai, yang menjadi teman akrabnya selama masa pandemi COVID-19 (The Straits Time)

Lihatlah misalnya karya lukis Aaron Yeo. Satu dari dua lukisannya bertajuk Masker. Dan gagasannya melukis subjek ini ialah tatkala ibunya membeli masker untuk melindungi seluruh anggota keluarga dari COVID-19 pada Maret lalu.
.
Pria berusia 12 tahun itu menyadari bahwa orang-orang juga membutuhkan masker untuk keperluan lain – mulai dari petugas pemadam kebakaran di Australia yang memerangi kebakaran hutan hingga orang Indonesia yang menggunakan masker melawan kabut asap hingga pengunjuk rasa di Hong Kong yang menggunakan masker untuk melindungi identitas mereka.

Anika Gupta mengisahkan lukisannya ini sebagai berikut: “Ini adalah saya berjalan di Bay East Garden of Gardens. Di sana saya bertemu teman-teman. Saya mulai bermain dengan mereka sambil tetap menjaga jarak setidaknya satu meter. Kami merasa bahwa permainan beradu lari di sekitar taman adalah permainan yang paling aman untuk kami mainkan.” (The Straits Times)

Imajinasi Aaron kemudian melahirkan lukisan berjudul Masker. Dia menyelesaikan lukisan ini dalam tempo tiga minggu.

Aaron juga menghasilkan lukisan berjudul Noises, suatu kolase kata-kata positif dan negatif yang dia potong dari surat kabar Inggris dan China. Kata-kata tersebut mewakili perasaan tertekannya selama pandemi.


Eva Karkaria senang memasak dengan ibunya, sebuah ketrampilan yang ia peroleh selama masa pandemi COVID-19. Lukisannya mengambil tema memasak. (The Straits Times)

Menurut Patrick Yee, anak-anak dapat merasakan ketakutan dan stres yang dirasakan oleh orang dewasa selama pandemi. Dan seni dapat membantu mereka mengelola perasaan tersebut.

Lebih jauh, karya lukis juga memberi para generasi yang lebih muda medium untuk mengartikulasikan emosi mereka. Termasuk mengucapkan apa yang tak bisa terucapkan lewat kata-kata.

Joyos Sng, menggambar Boba Tea, minuman yang dirindukan keluarganya selama masa pandemi COVID-19 (The Straits Times)

Patrick Yee mengatakan anak-anak harus diberi kesempatan mengekspresikan diri mereka melalui seni. Dengan melukis, mereka menyalurkan energi mereka, yang mungkin semakin sulit teraktualisasi tatkala mereka hanya di rumah saja.

Simone Khoh merindukan kolam renang (The Straits Times)
Jonas Ang melukis warga di sekitar tempat dia tinggal pada 25 April pukul 7:55, ketika masing-masing membuka jendela dan dan balkon lalu menyanyikan lagu Home untuk menyemangati para pekerja medis Singapura. (The Straits Times)

Saran Patrick Yee, orang tua harus menghindari untuk menentukan apalagi mendikte apa yang harus dilukis anak-anak mereka. Peran orang tua adalah bertindak sebagai fasilitator, dengan menyediakan bahan-bahan untuk melukis, dan memungkinkan waktu beraktivitas yang cukup.

Travis Hang Hao Xiang melukis Godzilla, simbol dari obat penyakit COVID_19 yang dia harapkan segera ada dan menyelematkan dunia, seperti Godzilla (The Straits Times)

Bila orang tua tidak memahami apa makna di balik lukisan anak-anak, sebaiknya ajukan pertanyaan terbuka dan jangan sekali-kali memberikan penghakiman.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*