JAKARTA, KalderaNews.com – Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia akhirnya menanggapi video yang memperlihatkan kemunculan beberapa ekor pesut mahakam (Orcaella brevirostris) di permukaan sungai Mahakam sekitar Muara Kaman, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur baru-baru ini.
Peneliti mamalia laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Sekar Mira, membenarkan bahwa hewan air yang tertangkap kamera tersebut memang pesut mahakam yang juga dikenal sebagai irrawaddy dolphin.
Kendati demikian Mira menuturkan bahwa kemunculan pesut Mahakam di daerah pesisir dan daerah sungai bukanlah hal yang aneh karena daerah tersebut merupakan habitat asli pesut Mahakam. Fenomena ini menjadi menarik perhatian karena populasi mamalia air tersebut kian langka.
BACA JUGA:
- Peran Besar Tempe di Tengah Pandemi, Begini Kata Dosen Unika Atma Jaya
- Ditemukan Bathynomus Raksasa di Selat Sunda, Ini Penjelasan LIPI
- Inilah Tempat Tertutup yang Berpotensi Jadi Tempat Penularan Covid-19 Lewat Udara
- Saintis CMU Ciptakan Sistem Komputer Otomatis Ubah Kalimat Kasar Menjadi Santun
- 239 Ilmuwan Gugat WHO, Virus Corona Menyebar Lewat Udara
- KSN 2020 Jenjang SMA Bakal Dihelat di Bangka Belitung 20-26 September 2020
“Sebenarnya pesut ini menyukai habitat di daerah pesisir dan daerah sungai. Kemungkinan besar masyarakat menganggap bahwa kejadian ini langka karena semakin terancamnya populasi pesut di sekitar Sungai Mahakam itu sendiri,” kata Mira dilansir dari situs resmi LIPI.
Dijelaskannya, pesut mahakam termasuk ke dalam ordo Cetacea dan famili Delphinidae. Saat ini, pesut di sekitar sungai Mahakam dan pesisir wilayah Kalimantan Timur memiliki semacam kelompok atau terpisah teritorialnya.
Selain di sungai Mahakam, pesut ini masih bisa dijumpai di perairan sekitar wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa, Sumatera dan Papua.
International Union of Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) sendiri telah menetapkan pesut mahakam sebagai satwa kritis dan terancam punah (critically endangered species). Ini berarti, angka populasi pesut mahakam di alam bebas sudah sulit dipertahankan.
“Para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari adanya pengaruh signifikan pada perubahan tingkah laku dan pergeseran habitat di sungai Mahakam,” ujar Mira.
Mira menjelaskan, di area hulu yang sarat aktifitas tambang, dimana perahu angkut muat lalu lalang, menyebabkan pergeseran habitat pesut. “Tentu dengan pergeseran ini ada perbedaan parameter perairan dan komposisi mangsa yang tersedia,” tutur Mira.
Meningkatnya jumlah limbah sampah di sekitaran habitat pesut juga mengancam keselamatan pesut sehingga populasi mereka terus berkurang.
“Ada pesut yang mati terdampar ketika diotopsi ternyata ada popok anak yang memblok saluran cernanya. Parahnya popok makin terisi air makin besar dan menyumbat,” tandas Mira.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply