Satu Tahun Mas Menteri Nadiem, St. Kartono: Guru Bagai Singa yang Dilepaskan dari Kerangkeng

Ilustrasi: St. Kartono dan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. (KalderaNews.com/repro:y.prayogo)
Ilustrasi: St. Kartono dan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. (KalderaNews.com/repro:y.prayogo)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Terpilihnya Bos Gojek, Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Kabinet Indonesia Maju, mengejutkan masyarakat, lantaran namanya jarang disebut dalam dunia pendidikan. Banyak keraguan, tapi banyak pula harapan yang diletakkan di bahunya.

Nadiem dilantik sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo, 23 Oktober 2019. Artinya, sudah satu tahun Mas Nadiem menjadi nahkoda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Aneka terobosan kebijakan telah ia buat. Beragam kritik juga ia dapatkan.

BACA JUGA:

Salah satu terobosan yang dibuat Mas Nadiem adalah dengan meluncurkan program pendidikan “Merdeka Belajar”. Program ini meliputi empat pokok kebijakan, yakni Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.

Drs. St. Kartono, M.Hum, seorang guru di SMA Kolese De Britto Yogyakarta mencermati salah satu poin penting dalam kebijakan “Merdeka Belajar”, yakni perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP). Dari poin ini saja, kata Pak Este, sapaannya, tampak sisi kepemimpinan Mas Nadiem yang memiliki visi untuk memerdekaan guru dalam proses belajar mengajar.

“Mas Nadiem ingin memangkas aturan-aturan birokrasi dalam penyusunan RPP menjadi lebih efektif dan sangat memerdekakan guru,” kata Pak Este. Kebijakan ini, lanjut guru yang meraih Juara Pertama Lomba Artikel Opini Pendidikan dan Kebudayaan 2020 Kemendikbud, memberikan “kemerdekaan” bagi guru untuk memaknai, memilih, membuat, memakai, dan mengembangkan RPP, lantaran gurulah yang mengetahui kebutuhan peserta didiknya.

Diakui Pak Este, selama ini, RPP menjadi momok dan beban bagi guru. Guru mesti berkutat dengan aneka aturan birokrasi untuk menyusun RPP. Guru pun menjadi lebih terhanyut dalam urusan administrasi birokrasi, ketimbang mengurus proses mengajar para murid.

Maka, kebijakan “Merdeka Belajar”, menurut Pak Este, merupakan “berkah” bagi guru, lantaran pemangkasan aturan birokrasi dan penyederhanaan pembuatan RPP, memberikan ruang dan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan kualitas diri dengan berinovasi dan berkreasi demi pengajaran yang lebih berkualitas.

“Ini sebuah revolusi besar,” ujar guru yang juga penulis buku dan artikel ini saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis, 22 Oktober 2020.

Namun sebuah perubahan, pastilah menimbulkan gejolak. Dari sisi guru, Pak Este mengakui, masih banyak guru yang belum siap dengan perubahan ini.

“Saya memakai analogi, selama ini, guru itu bagaikan singa yang dikerangkeng atau dikurung di dalam kandang. Nah, kebijakan ini sebenarnya memberikan kesempatan guru untuk keluar dari ‘kerangkeng’. Tapi, tentu tidak mudah lepas dari ‘kerangkeng’ itu, karena tak sedikit guru yang justru sudah nyaman berada di dalam ‘kerangkeng’, karena memang sudah terlalu lama berada di dalam ‘kerangkeng’ itu,” kata Pak Este.

Maksudnya, “kerangkeng” itu adalah aneka aturan yang selama ini dipakai untuk membuat RPP. Ketika aturan-aturan tersebut dipangkas dan disederhanakan, justru membuat guru agak kelimpungan, lantaran dituntut untuk berinovasi dan berkreasi dalam pengajaran.

Pas Este juga menyorot soal pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini. Ia mengatakan, kebijakan “Merdeka Belajar” justru menolong guru dalam situasi pandemi. Tantangannya memang guru dituntut untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam proses belajar mengajar.

Namun, Pak Este menyelipkan pesan khusus untuk Mas Menteri Nadiem. Ia melihat masih banyak jajaran di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang merasa “gerah” dengan perubahan ini. “Mungkin dengan kebijakan ini, kewenangan dan ‘kewibawaan’ mereka juga ikut terpangkas!” ujar Pak Este.

Selain itu, Pak Este juga berpesan, agar Mas Menteri Nadiem memperbaiki gaya berkomunikasinya. “Agar tidak menimbulkan berbagai kegaduhan yang tidak perlu!” pesan Pak Este.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*