20 Quotes Inspiratif Para Pahlawan Nasional Pembakar Milenial di Hari Pahlawan

Bung Tomo, Pahlwan Nasional,
Bung Tomo (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – 10 November adalah Hari Pahlawan. Peringatan Hari Pahlawan ini mengingat pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945.

Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya antara lain Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Saat itu rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris.

BACA JUGA:

Presiden Ir. Soekarno menetapkan pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu pun sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Nah, di Hari Pahlawan tiap 10 November, tak ada salahnya meresapi quote-qoute (kutipan) para pahlawan nasional di masa lalu yang banyak memberikan inspirasi dan membakar semangat, khususnya untuk milenial.

Meski para pahlawan telah lama gugur, kata-kata yang membakar semangat masih relevan untuk diresapi pada generasi muda agar terus memiliki semangat mencapai kesuksesan dan mengharumkan nama bangsa.

Selain akan menginspirasi, tentu saja kutipan-kutipan dari para pahlawan nasional berikut ini bisa membangkitkan dan membakar semangat milenial dalam perjuangan masa kini:

1). Bung Tomo

“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”

2). Bung Karno

“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”

“Tuhan tidak akan pernah mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri”

“Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya”

“Tuhan tidak akan pernah mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri”

3). Kapitan Pattimura

“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”

4). Pangeran Diponegoro

“Hidup dan mati ada dalam genggaman Ilahi. Takdir adalah kepastian, tapi hidup harus tetap berjalan. Proses kehidupan adalah hakikat, sementara hasil akhir hanyalah syariat. Gusti Allah akan menilai ketulusan perjuangan manusia, bukan hasil akhirnya. Kalau pun harus menjumpai kematian, itu artinya mati syahid di jalan Tuhan”

5). Jenderal Sudirman

“Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih. Akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi”

“Kejahatan akan menang bila orang yang benar tidak melakukan apa-apa”

6). Bung Hatta

“Kurang cerdas masih dapat diperbaiki dengan belajar, pun kurang cakap dapat dihilangkan dengan banyak pengalaman. Akan tetapi jika tidak jujur itu sulit diperbaiki”

“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita”

“Saya rela pergi ke penjara selama ada buku. Karena dengan buku saya bebas”

7). I Gusti Ngurah Rai

“Soal perundingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin-pemimpin kita di Jawa. Bali bukan tempat perundingan. Dan saya bukan kompromis. Saya atas nama rakyat hanya menghendaki lenyapnya Belanda dari Pulau Bali atau kami sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kita tercapai.”

8). K.H. Agus Salim

“Memimpin adalah menderita”

9). Sutan Syahrir

“Kemerdekaan nasional bukan pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya”

“Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.”

“Dan hanya semangat kebangsaan, yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan. Yang dapat mengantar kita maju dalam sejarah dunia”

10). Jenderal Gatot Subroto

“Jagalah namamu, jangan sampai disebut pengkhianat bangsa”

11). R.A.Kartini

“Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri”

“Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu”

12). HOS Tjokroaminoto

“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”

13). Mohammad Natsir

“Untuk mencapai sesuatu, harus diperjuangkan dulu. Seperti mengambil buah kelapa, dan tidak menunggu saja seperti jatuh durian yang telah masak”

14). Abdul Muis

“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika memang mau berjuang.”

15). Ki Hadjar Dewantara

“Lawan sastra ngesti mulya (Dengan ilmu kita menuju kemuliaan)”

16). Cut Nyak Dien

“Dalam menghadapi musuh, tak ada yang lebih mengena daripada senjata kasih sayang.”

17). Abdul Muis

“Jika orang lain bisa, saya juga bisa. Mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika menang mau berjuang.

18). Sri Sultan Hamengku Buwono VIII

“Jalan yang paling baik untuk menghilangkan musuhmu adalah dengan menganggapnya sebagai kawan”

19). Tan Malaka

“Sedangkan, sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri”

20). Mohammad Yamin

“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri”

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*