
JAKARTA, KalderaNews.com – Disleksia merupakan gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, mengeja, atau menulis. Siswa dengan disleksia akan kesulitan mengubah huruf menjadi kalimat.
Jika guru memiliki siswa disleksia, maka guru harus selalu memperhatikan kebutuhannya. Kebutuhan siswa penderita disleksia berubah selama karir akademisnya. Saat masih kecil, mereka membutuhkan instruksi untuk kemampuan membaca dan mengeja, tetapi begitu remaja, kebutuhannya menjadi lebih kompleks.
Meskipun siswa kesulitan dalam baca dan tulis, namun disleksia tidak mempengaruhi kecerdasannya. Supaya lebih paham dan bisa dekat dengan siswa tersebut, maka ada 3 kiat yang dilansir oleh edutopia menurut para ahli pendidikan dan perkembangan anak:
BACA JUGA:
- 4 Cara Dukung Siswa dengan ADHD Selama Belajar di Rumah
- 4 Kiat Cerdas Mendorong Siswa untuk Nyalakan Kamera Saat Belajar Daring
- Penting, 4 Kiat untuk Tanggapi Masukan dan Saran Siswa Selama Belajar Daring
Mengakui Disleksia
Tahap dasar yang harus guru ketahui ialah disleksia nyata adanya. Siswa dengan disleksia tahu bahwa tahu bahwa mereka tidak membaca pada level yang sama dengan rekan-rekan mereka. Cobalah untuk pelan-pelan mengajarinya karena disleksia sama sekali bukan kesalahan siswa.
Guru harus bisa memahami bahwa disleksia adalah neurobiologis dan memengaruhi cara mereka memproses bahasa tertulis. Guru harus memberi tahu siswa bahwa guru yakin mereka sedang berusaha, dan guru yakin mereka dapat belajar.
Menjadi Pendorong untuk Murid Disleksia
Mengajar keterampilan advokasi diri bagi murid disleksia di masa remaja harus dimulai selambat-lambatnya di akhir sekolah dasar. Sebelum murid menerima advokasi diri, mereka harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang apa itu disleksia dan bagaimana pengaruhnya terhadap mereka. Itu bisa dilakukan jika guru menjelaskannya secara jujur.
Begitu siswa sudah paham, barulah ia dapat mengerti kondisinya. Guru juga perlu memahami bahwa advokasi diri tidak hanya membantu mereka, tetapi juga akan membantu siswa lain yang tidak mengalami gangguan untuk menjadi pendukung bagi temannya.
Menyediakan Fasilitas untuk Murid Disleksia
Bagi murid remaja penderita disleksia, akomodasi membantu mereka belajar di sekolah. Tetapi yang lebih penting daripada melewati sekolah, akomodasi memungkinkan siswa untuk memberikan representasi yang akurat tentang apa yang mereka pahami selain dari bahasa tertulis. Ada beberapa akomodasi populer untuk siswa penderita disleksia, seperti speech-to-text, teks pidato, atau aplikasi tata bahasa yang otomatis bisa mengoreksi kalimat.
Terakhir, siswa penderita disleksia tidak boleh diminta untuk membaca di depan teman-temannya. Mereka dapat melakukannya jika mereka merasa siap untuk menjadi sukarelawan. Berdasarkan pengalaman, siswa SMP atau SMA penderita disleksia trauma jika disuruh membaca dengan suara keras. Mereka merasa malu dan tidak akan lupa kejadian menakutkan tersebut.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply