JAKARTA, KalderaNews.com – Timotius William Jefferson tak pernah membayangkan bahwa begitu lulus S1 akan langsung lanjut S2 (). Yang ada dalam benak pikirannya begitu lulus S1, akan kerja 2 tahun terlebih dahulu baru lanjut kuliah S2.
“Awalnya ada pertimbangan setelah S1 langsung kerja. Dulu mikirnya kerja dulu 2 tahun, biar lebih tahu bidang S2 yang mau didalami dan ditekuni. Setelah berpengalaman di dunia industri secara langsung, pasti bakal bisa tahu bidang apa yang mau diperdalam,” akunya saat berbincang dengan KalderaNews.
Tapi dalam proses mencari kerja, beberapa temen dekat waktu S1 cerita kalau pada langsung ambil S2 SGU. Ia pun tertarik secara spontan begitu saja. Tak mengherankan, itungan waktu lulus S1 hingga masuk S2 itu cukup singkat , yakni hanya selang sebulan.
BACA JUGA:
- Fast Track Program MA di SGU Berbasis Studi Kasus
- Hanya di Program MA SGU, Skill Mahasiswa Diupgrade Selevel CEO
- Kurikulum Program MBA SGU Selalu Tanggap dan Update Situasi Terkini
“Spontan saja waktu itu makanya saya telat seminggu masuk S2 SGU. Sementara teman-teman angkatan sudah 1 minggu masuk kelas, saya baru masuk minggu keduanya,” aku alumnus program Double Degree S1 Swiss German University Alam Sutera dengan Jurusan Major Biomedical Engineering (S.T.) yang Double Degree B.Eng di Fachhochschule Südwestfalen, Soest di Jerman.
Bermula dari keinginan spontan itu, akhirnya ia benar-benar mengambil Double Degree MA-MM di Swiss German University (SGU). Ada dua alasan mengapa alumnus IPEKA Christian School Jakarta ini lanjut S2 ke SGU.
Pertama, S2 Managemen Bisnis diyakininya akan membuat wawasannya lebih luas lagi alias nggak cuma satu cakupan saja. Kedua, di masa-masa sekarang dan ke depan itu makin banyak orang kuliah tidak hanya berhenti di S1. Ada tren setelah S1 langsung lanjut S2, berbeda dengan zaman dulu yang sesudah S1 langusng stop. Tren sekarang ini, habis sarjana lanjut magister. Lebih dari itu juga didasari dorongan temen-temen dekat yang ngomong lanjut terus dulu mumpung otak masih mau belajar. Kebetulan karena S1nya di SGU maka ia pun mendapatkan potongan harga (diskon) khusus.
“Kalau dihitung-hitung di luar sama di sini (SGU), jatuh-jatuhnya lebih murah di sini karena dapat potongan sekitar 25-30% dari total biaya total,” aku pria kelahiran Jakarta, 24 April 1997 yang akrab disapa Timo.
Related ke Dunia Nyata
Setelah masuk dan menikmati perkuliahan di SGU, Timo pun terkesan dengan dosen-dosen yang mengajarkan hal-hal konkret dan related ke real life dibanding dengan saat di kuliah S1.
“Waktu kuliah di S1 nggak terlalu related ke real life industri, sedangkan waktu di MA ini dapat pelajaran yang bener-bener real life melalui studi kasus. Apa yang aku pelajari related ke dunia nyata, teristimewa industri dan perusahaan-perusahaan, mulai dari bisnis hingga strateginya kayak apa.”
Ia menambahkan karena studi kasusnya pun benar-benar yang terjadi di perusahaan maka di sinilah letak keunggulannya. Sesuatu yang real life itu menjadi sesuatu yang bener-bener baru dan nggak didapatkan sewaktu kuliah di S1.
Secara pribadi, ia sendiri tertarik dengan manajemen karena menurutnya apa pun bidangnya, ujung-ujungnya ke manajemen bisnis.
“Kalau mau survive di saat ini (pandemi Covid-19) ujung-ujungnya pasti ke sana (manajemen bisnis). Mau perhotelan, engineering atau teknik sipil itu ujung-ujungnya pasti di dalamnya kita terjun juga ke manajemen,” tandasnya.
Mendalami Supplay Chain
Kelas yang lebih kecil dengan jumlah mahasiswa yang relatif sedikit dibanding waktu S1, membuat kuliah S2-nya itu layaknya les, sehingga perkembangan masing-masing mahasiswa jadi lebih nyata karena terpantau.
Apalagi saat satu semester kuliah di Ernst-Abbe-Hochschule di Jena, Jerman dalam program Double Degree Program (M.A), ia mengaku memperoleh experience yang benar-benar fun karena cara ngajar para dosen di Jerman.
“Mereka bener-bener nuntun kita karena tahu latar belakang kita engineering. Dosen mengarahkan dengan cara yang mudah dipahami,” akunya.
Nah, karena secara pribadi Timo tertarik dengan perkuliahan strategic management, tesisnya pun seputar supply chain (rantai pasok).
“Tesis saya mengembangkan studi orang. Kesimpulannya ada 3 faktor yang memengaruhi supply chain management di Indonesia yakni knowledge management, egility dan innovation capability,” pungkasnya pria peraih gelar
dengan cGPA: 3.83/4.00.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply