Peduli Sosial, Dosen UMM Sosialisasi Budidaya Maggot dengan Teknologi

Universitas Muhammadiyah Malang UMM (KalderaNews/Ist)
Universitas Muhammadiyah Malang UMM (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

MALANG, KalderaNews.com – Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan sosialisasi masyarakat mengenai budidaya maggot dengan teknologi. Kegiatan ini berlangsung di desa Mulyoagung, Malang pada 23 Januari lalu.

Dalam pelaksanannya, agenda yang diinisiasi oleh Bustanol Arifin, S. Pd., M. Pd. bersama kedua dosen lainnya yaitu Drs. Amir Syarifuddin, MP. dan Frendy Aru Fantiro, S.Pd., M.Pd. ini juga menggandeng kelompok Chang Bird Farm dan Veloved Bird sebagai mitra.

Arifin mengatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat ini sebenarnya berawal dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswa UMM. Mereka melihat bahwa profesi mayoritas warga desa Mulyoagung adalah peternak burung. Sebagian juga sudah mengembangkan proses pengolahan maggot sebagai pakan.

BACA JUGA:

Dikutip dari situs resmi UMM, proses pengolahannya masih dilakukan secara manual. Hal itu tentu menyulitkan para peternak burung terutama dalam mengelola maggot. Para warga butuh waktu yang lama untuk mengolahnya. Selain itu juga model pemasaran yang dilakukan kurang memadai.

“Berangkat dari hal itulah akhirnya kami melakukan pembaharuan di bidang teknologi khususnya dalam pebuatan maggot sebagai pakan burung,” ujar Arifin selaku dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dosen UMM turut melakukan proses pendampingan, terutama berkaitan dengan aktivitas pemasaran produk. Arifin menuturkan terkait rentetan kegiatan yang ia dan timnya lakukan untuk menggalakkan pelatihan, mulai dari pelatihan budidaya maggot, proses pengelolahan pakan dengan mesin, serta pelatihan pengemasan dan pemasaran produk.

“Beberapa waktu lalu kami juga sempat memberikan bantuan mesin pencacah dan mesin pengering kepada warga. Mesin pencacah berguna untuk membantu proses penghalusan bahan baku. Sementara mesin pengering berguna untuk mempercepat proses pengeringan dari empat hari menjadi dua jam saja,” ucapnya.

Ia berharap agar program ini dapat berkembang lebih luas lagi, tidak hanya pada budidaya maggot saja namun juga pada budidaya pakan lainnya.

“Kami juga berkeinginan agar program ini dapat membawa keterampilan baru kepada masyarakat dalam pengelolaan pakan burung. Lebih-lebih dapat membantu perekonomian masyarakat desa Mulyoagung,” tandasnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*