JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa saat ini produktifitas riset Indonesia masih rendah. Maka, perlu upaya untuk meningkatkan produktifitas riset dan inovasi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Produktivitas riset kita masih rendah. Modal utama riset dan inovasi adalah SDM, bukan anggaran dan infrastruktur, meskipun keduanya tidak kalah penting,” ujar Handoko saat hadir sebagai narasumber dalam seminar virtual UIN Sunan Kalijaga.
BACA JUGA:
- Peneliti LIPI: Bencana Alam Terus Berulang, Pentingnya Pendidikan Kebencanaan
- Tingkatkan Daya Saing UKM, LIPI Berikan Fasilitas Riset Pengembangan Pangan
- Banjir Pesisir di Manado Bukan Tsunami, Ini Penjelasan Ilmiah BMKG
Handoko mengatakan, alokasi anggaran dari pemerintah bukan lagi menjadi soal. Berdasarkan standar UNESCO, tanggung jawab pemerintah untuk mengalokasikan belanja litbang nasional sudah tercapai, yaitu 1% PDB (Produk Domestik Bruto).
Menurut dia, peningkatan produktifitas riset nasional terganjal peran dan kolaborasi pihak industri. “Yang masalah, kita masih belum berhasil menarik belanja litbang dari non pemerintah. Rendahnya kontribusi swasta dalam kegiatan riset membuktikan rendahnya kapasitas dan kompetensi riset Indonesia,” kata Handoko.
Handoko menjelaskan, karakter pengembangan produk saat ini adalah individualis, faktor teknologi pengungkit semakin dominan, non-manufaktur, jangka waktu hidup pendek dengan margin besar dan padat kreativitas. “Kita di level riset dan inovasi harus fokus pada product development yang basisnya teknologi fungsi. Peneliti adalah pencipta teknologi pengungkit itu,” papar Handoko.
Untuk dapat bersaing dan mengatasi iklim kompetisi yang ada, kata Handoko, pelaku riset tidak lagi fokus pada end product. “Karena end product itu melibatkan berbagai komponen dalam suatu sistem yang mengandung banyak risiko. Dalam konteks itu, di sinilah kolaborasi itu penting, karena kita perlu meminimalisir risiko,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Handoko, proses manajemen riset juga harus mengedepankan Hak Kekayaan Intelektual dan berbasis kebaruan. Riset itu proses menciptakan kebaruan secara ilmiah yang menjadi jembatan pelaku riset dan tuntutan eksternal melalui alternatif solusi yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply