Apa Itu UKBI Adaptif Merdeka? Kuy, Uji Kemahiran Bahasa Indonesia Kamu

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz (KalderaNews/Dok. Pribadi)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan produk kebahasaan bernama Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka. Platform ini menjadi instrumen uji untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa Indonesia.

UKBI adalah sarana uji untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia lisan atau tulis. UKBI terdiri atas lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan), Seksi II (Merespons Kaidah), dan Seksi III (Membaca) dalam bentuk soal pilihan ganda serta Seksi IV (Menulis) dalam bentuk presentasi tulis dan Seksi V (Berbicara) dalam bentuk presentasi lisan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makariem menyebut pengembangan UKBI Adaptif Merdeka merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam pemajuan kebahasaan dan kesastraan melalui lompatan dalam hal desain dan sistem layanan uji saat peluncuran platform ini secara daring di Jakarta, pada Jumat, 29 Januari 2021.

Ia lantas berharap UKBI Adaptif Merdeka bisa memberikan dampak positif kepada penutur Bahasa Indonesia dari berbagai kalangan dalam meningkatkan aspirasi dalam memahami dan mempelajari Bahasa Indonesia, menghasilkan berbagai karya tulis dan digital berbahasa Indonesia, juga melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam membawa Bahasa Indonesia ke kancah internasional.

Catatan Kemendikbud dalam rentang tahun 2016—2020 sebanyak 61.812 penutur bahasa Indonesia yang terdiri dari pelajar, mahasiswa S-1, S-2, dan S-3, guru, dosen, kalangan profesional, pejabat fungsional, pejabat struktural serta warga negara asing telah mengikuti UKBI.

Tahun 2020 lalu, melalui usaha intensif dengan melibatkan 2.190 peserta uji coba di seluruh Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah melakukan pemutakhiran sistem UKBI. Hal tersebut dilakukan merujuk pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga diciptakanlah UKBI Adaptif Merdeka.

Memotret Kemahiran Berbahasa Penutur Bahasa Indonesia

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz mengatakan UKBI Adaptif Merdeka digagas sebagai bentuk inovasi layanan di tengah pandemi. UKBI Adaptif menjadi jawaban agar layanan UKBI tetap berjalan di tengah krisis kesehatan yang salah satunya menyebabkan pembatasan sosial. Melalui sistem terbaru, pengujian dapat dilakukan secara daring.

“Bentuknya yang sudah dimutakhirkan saat ini diharapkan sesuai dengan tujuan pengembangan instrumen, yaitu untuk memotret kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia lintas performa dengan cepat, tepat, dan efisien,” tutur Aminudin dalam laporannya.

UKBI telah melalui proses pemutakhiran dalam berbagai sisi. Mengadopsi desain tes modern, pemutakhiran yang dilakukan mencakup item response theory (IRT) dan platform pengembangan teknologi yang mutakhir di bidang pengujian berupa multi stage adaptive testing (MSAT).

Pada saat ini, instrumen UKBI Adaptif Merdeka telah ditempatkan pada laman ukbi.kemdikbud.go.id. Di dalamnya dilengkapi fitur dari pendaftaran, layanan pengujian, hingga sertifikasi digital.

Laman ini dapat diakses peserta untuk berlatih soal-soal UKBI. Peserta juga dapat mempelajari sistem adaptif ini dengan mengunduh secara bebas buku panduan UKBI Adaptif.

Hasil dan Skor Pemeringkatan

Hasil UKBI peserta uji dipetakan ke dalam tujuh peringkat, predikat, dan rentang skor. Ketujuh predikat dapat diserangkaikan dalam satu ungkapan Isu Unggul Managitas (Istimewa, Sangat Unggul, Unggul, Madya, Semenjana, Marginal, dan Terbatas). Peringkat dan predikat UKBI tersebut dideskripsikan sebagai berikut.

  1. Predikat: Istimewa (Skor: 725-800)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sempurna dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan personal, sosial, keprofesian, dan keilmiahan
  2. Predikat: Sangat Unggul (Skor: 641-724)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat tinggi dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan sintas, sosial, dan keprofesian. Untuk kepentingan akademik yang kompleks, yang bersangkutan masih memiliki kendala.
  3. Predikat: Unggul (Skor: 578-640)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan sintas dan sosial. Peserta juga tidak terkendala dalam berkomunikasi untuk keperluan keprofesian, baik keprofesian yang sederhana maupun kompleks.
  4. Predikat: Madya (Skor: 482-577)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini yang bersangkutan mampu berkomunikasi untuk keperluan sintas dan kemasyarakatan dengan baik, tetapi masih mengalami kendala dalam hal keprofesian yang kompleks.
  5. Predikat: Semenjana (Skor: 405-481)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang cukup memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan keilmiahan, yang bersangkutan sangat terkendala. Untuk keperluan keprofesian dan kemasyarakatan yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami kendala, tetapi tidak terkendala untuk keperluan keprofesian dan kemasyarakatan yang tidak kompleks.
  6. Predikat: Marginal (Skor: 326-404)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang tidak memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan kemasyarakatan yang sederhana, yang bersangkutan tidak mengalami kendala. Akan tetapi, untuk keperluan kemasyarakatan yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami kendala. Hal ini berarti yang bersangkutan belum siap berkomunikasi untuk keperluan keprofesian, apalagi untuk keperluan keilmiahan.
  7. Predikat: Terbatas (Skor: 251-325)
    Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat tidak memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini peserta uji hanya mampu berkomunikasi untuk keperluan sintas. Pada saat yang sama, predikat ini juga menggambarkan bahwa potensi yang bersangkutan dalam berkomunikasi masih sangat besar kemungkinannya untuk ditingkatkan.

Manfaat dan Dampak UKBI Adaptif Merdeka

Materi yang diujikan meliputi uji kemahiran mendengarkan, kemahiran membaca, kemahiran menulis, dan kemahiran berbicara. Selain itu, terdapat pula satu materi uji berupa merespons kaidah bahasa Indonesia.

“Melalui UKBI, dapat diketahui pada hal apa kemahiran berbahasa seseorang perlu ditingkatkan, apakah dalam hal membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, atau dalam hal pemahaman kaidahnya,” lanjutnya.

Bagi lulusan perguruan tinggi, sertifikat UKBI dapat dijadikan sebagai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Tujuan diberlakukannya SKPI adalah agar lulusan perguruan tinggi bergelar memiliki kualifikasi yang memadai untuk terjun secara profesional dalam bidangnya.

Sementara itu, bagi mahasiswa di bidang kebahasaan yang akan terjun secara profesional di dalam dunia kerja dan industri di bidang kebahasaan, UKBI sangat relevan digunakan sebagai SKPI. Bahkan, UKBI juga bermanfaat bagi mahasiswa berbagai jurusan untuk memberikan gambaran kemahiran berbahasa yang dimilikinya.

“Harapan saya dari kaum pelajar, mahasiswa, guru,dosen, pejabat fungsional, kalangan profesional dan masyarakat umum bisa menjadi bagian dari pelaksanaan UKBI adaptif ini,” akunya.

Aminuddin mengatakan, hingga saat ini, Badan Bahasa sudah menerima sekitar 600 orang yang mengajukan diri untuk ikut UKBI Adaptif Merdeka. Mereka menunggu giliran untuk mengikuti ujian hingga sistem baru ini resmi diluncurkan. 600 pendaftar tersebut berasal dari mahasiswa dan guru di Indonesia dan pembelajar Bipa dari Singapura dan wilayah lainnya.

Bicara soal dampak positif Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) terhadap penutur bahasa Indonesia dari berbagai kalangan, berikut ini dampak-dampak konkretnya:

  • Meningkatkan kegairahan untuk memahami dan mempelajari bahasa Indonesia
  • Menghasilkan berbagai karya tulis dan karya digital berbahasa Indonesia
  • Melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan bahasa Indonesia
  • Memiliki sikap positif dalam memartabatkan bahasa Indonesia
  • Memiliki semangat dalam menginternasionalkan bahasa Indonesia.

Belum Tersedia untuk Kaum Difabel

Pengembangan UKBI Adaptif Merdeka selanjutnya ialah mengembangkan model yang dapat memfasilitasi para kaum difabel yang memiliki keterbatasan pendengaran dan penglihatan, agar tetap memiliki kesempatan mengikuti ujian secara daring.

Selain itu, masalah yang selama ini dihadapi menyangkut pengiriman sertifikat kepada peserta yang kerap dikritik akan dapat teratasi. Dengan UKBI Adaptif, harapannya masalah ini dapat terselesaikan.

Begitu selesai ujian, otomatis peserta mendapat sertifikat digital. Sistem akan mengirimkan sertifikat tersebut secara otomatis ke alamat pos elektronik (e-mail) peserta.

“Peserta tinggal mengunduh sendiri untuk mendapatkan (sertifikat) cetaknya,” pungkas Aminudin Aziz.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*