Education without character is not education at all

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Totok Suprayitno
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno (KalderaNews/Kemendikbud)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Totok Suprayitno mengatakan salah satu disrupsi digital yang kurang mendapat penanganan serius adalah kesantunan dan karakter.

“Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital, bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita,” ungkapnya saat memberikan sambutan pada webinar diskusi kebijakan tematik “Krisis Kesantunan dan Pemanfaatan Media Digital pada Pelajar dan Mahasiswa” baru-baru ini.

Satu hal yang mendorong diskusi ini adalah hasil survei yang  dilakukan oleh Microsoft di Asia Pasifik yang secara ringkas mengatakan bahwa tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.

BACA JUGA:

Ia menambahkan sebagaimana diketahui elemen inti (the core of element) dari pendidikan adalah karakter. Education without character is not education at all.

“Kemudian, kalau elemen inti dari pendidikan itu disruptif, kemudian kita menganggap bahwa seolah-olah itu tidak ada, itu saya kira sebuah kesalahan besar,” imbuhnya.

Perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak baik, kata Totok, semestinya ada pijakan yang lebih jelas. Hal itu mengingat Indonesia sarat keragaman budaya.

“Boleh Anda mengglobal, bergaul dengan siapa pun, tetapi pijakan niai-nilai ke-Indonesiaan-nya jangan dilupakan, jangan terbawa arus apalagi yang negatif,” tutur Totok.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*