PJJ Berpengaruh pada Kesehatan Mental Anak, Inilah Alasan Nadiem Ngotot Buka PTM

Mendikbud Nadiem Makarim . (Ist.)
Mendikbud Nadiem Makarim (IKalderaNews/st.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pendiri Gojek, Nadiem Makarim, yang sekarang menjawab menjabat menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tetap bersikukuh akan segera membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Nadiem tetap pada pendiriannya membuka PTM meskipun pandemi Covid-19 belum usai.

Setelah melalui analisis selama satu tahun, pembelajaran jarak jauh yang terpaksa dilakukan selama pandemi ternyata dinilai tidak berjalan optimal. Tidak hanya menjadi beban mental bagi murid, PJJ juga menjadi beban bagi orangtua. Meskipun Nadiem pernah menyampaikan bahwa sekolah wajib mempunyai dua opsi belajar yakni PTM dan PJJ.

BACA JUGA:

Saat itu, dalam pernyataannya, Nadiem menegaskan bahwa kebijakan tersebut harus diambil karena mendapati pemerintah daerah masih ragu membuka kembali sekolah menjadi tatap muka.

Dalam bincang daring bersama PDIP, Rabu (05/5), Nadiem menyatakan, “Sudah jelas bahwa sudah terlalu lama saat ini proses PJJ terjadi dan kita tidak bisa menunggu lagi dan mengorbankan pembelajaran dan kesehatan mental murid-murid kita.”

Lulusan Master of Business Administrasion Harvard Business School ini mengatakan bahwa saat ini banyak murid yang mengalami stres karena harus belajar daring. Nadiem juga menyebutkan bahwa anak-anak terbebani  juga secara mental. Sebab menurut Nadiem, proses PJJ ini tidak terkesan dinamis, tidak bertemu dengan teman di kelas, dan mengalami kebosanan belajar di dalam rumah. Sehingga PTM merupakan solusi untuk mengakhiri sebelum dampak dari PJJ lebih parah.

Nadiem Makarim juga menyampaikan kekhawatirannya tentang kemungkinan anak dapat tertinggal dalam pembelajaran jika pembelajaran terus menerus dilakukan secara daring. “Pemerintah mengambil sikap yang baik saat guru menjadi prioritas untuk mendapatkan vaksinasi. Saat guru telah mendapat vaksinasi, maka sekolah diwajibkan membuka opsi tatap muka,” demikian tuturnya.

Mendikbudristek juga mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka harus digelar dengan protokol kesehatan yang ketat. Ruang kelas hanya diisi setengah kapasitas siswa. Dalam pembelajaran tatap muka yang direncanakan tersebut, guru dan murid harus mengenakan masker selama di sekolah.

Namun, pemerintah tidak memaksa orangtua untuk mengirim anaknya ke sekolah saat pandemi masih berlangsung. “Keputusan apakah anak itu pergi ke sekolah atau melanjutkan PJJ ada di orang tua, tetapo sekolah mewajibkan melaksanakan tatap muka terbatas, memberikan opsi tatap muka terbatas kepada semua muridnya,” tambah Nadiem.

Keputusan Nadiem membuka kembali belajara tatap muka ini sebenarnya telah mendapat restu dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk membuka tatap muka pada Juli 2021 ini. Sayangnya, hal ini masih mendapat kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Menurut KPAI, keputusan ini dapat memperburuk kondisi penyebaran virus Covid-19.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*