JAKARTA, KalderaNews.com – Dikenal dengan budayanya yang beragam dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memang selalu menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda kreatif di dalam dan di luar negeri untuk berkarya.
Sebut saja salah satunya Zia, murid kelas 10 ini berhasil menginspirasi berbagai pihak dengan merilis usaha Clothing Line yang mengintegrasikan kain Lagosi khas Makassar dengan tren fesyen kontemporer masa kini sehingga menjadi lebih menawan bagi kaum milenial.
Misi Lestarikan Budaya, Tempat Kelahiran Sang Ayah
Merilis usaha Clothing Line dengan nama “Labitta The Label” di tengah pandemi, murid yang bernama lengkap Andi Azlia Shabirah Labitta Sinjaya menyatakan keinginan baiknya untuk melestarikan kain tradisional asal Makassar, yang merupakan tempat kelahiran keluarga ayahnya.
“Seiring berjalannya waktu di saat pandemi ini, aku jadi lebih banyak waktu untuk menggali hobi dan potensiku. Selain itu, aku punya misi untuk melestarikan sebuah kain asal Sulawesi Selatan dari tempat kelahiran keluarga papaku, yang disebut Lagosi,” tutur murid yang memiliki impian menjadi dokter dan desainer hebat Indonesia ini.
BACA JUGA:
- Siswa dan Ortu Sekolah Cikal Antusias Jalani Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
- Unik, Sekolah Cikal Setu dan Itsukaichi High School Gelar Pertukaran Pelajar Daring
- Sekolah Cikal Gelar Bincang-Bincang Pergaulan Remaja Muslim
Kain Lagosi sendiri dikenal memiliki corak warna yang unik dan memiliki filosofi yang dalam tentang kehidupan. Zia yang menyukai fesyen sejak SD merasa bahwa sebagai bagian dari generasi muda, ia memiliki kewajiban untuk melestarikannya dengan karya agar keberadaannya tetap bersinar seperti penggunaan istilah Labitta (Bulan Bersinar).
“Melestarikan dan menjunjung tinggi budaya Indonesia merupakan kewajiban semua orang. Dan menurutku, dengan semua yang dimiliki oleh generasi sekarang (teknologi, kecerdasan, keterbukaan pikiran mereka), kita patut memiliki cita dan berkarya., jelasnya
Raih Omzet Jutaan Rupiah!
Dirilis sejak bulan Mei 2020, Labitta The Label yang digaungkan oleh Zia yang masih berusia 15 tahun ini telah berhasil menjual lebih dari 500 produk dengan omzet ratusan juta rupiah!
Busana semi formal karya Zia ini dikenal memiliki perpaduan yang sangat menarik, antara lain warna orange dan hitam, yang tampak serasi dan menawan dan memadukan kuning orange dan merah hati untuk memberikan kesan energik dan modern.
Zia sendiri ingin membuat bentuk yang berbeda dari kain tradisional agar lebih menarik minat masyarakat masa kini, khususnya kalangan muda dan kalangan ibu-ibu sosialita.
“Lagosi memang sudah lumayan banyak dipakai orang, namun tak banyak yang familiar dengan namanya, dan hanya dipakai dengan model tradisional seperti sarung, baju bodo. Aku ingin kain Lagosi lebih dikenal dengan cara memodelkan kain tersebut ke model yang mungkin lebih ‘modern’ dan ‘jaman sekarang’, agar juga pas dengan minat orang jaman sekarang,” jelas Zia yang sejak kecil mengagumi fashion ala Channel.
Zia, Cerminan Generasi Muda yang Berkarakter
Menurut Kepala Sekolah Cikal Setu, Siti Fatimah, Zia merupakan cerminan dari generasi milenial yang berkarakter dan tentu sangat merefleksikan hasil pembelajaran bermakna di Sekolah Cikal yang berbentuk personalisasi.
“Zia merupakan salah satu contoh generasi milenial yang memiliki 3 karakter yaitu connected, confident dan creative. Selain itu, ia juga merupakan cerminan hasil pembelajaran di Sekolah Cikal, dimana setiap murid memiliki kebutuhan, cara belajar, minat, dan ketertarikan yang berbeda. Dan kunci utamanya adalah melakukan proses pembelajaran personalisasi, ” ucap Siti Fatimah yang lebih dikenal dengan Sifa ini.
Ia juga dengan antusias menyampaikan rasa bangga dan bahagia mewakili seluruh pendidik di Sekolah Cikal, “Atas nama rekan-rekan pendidik Sekolah Cikal, kami bahagia dengan pencapaian Zia dan bersyukur bahwa apa yang murid Cikal pelajari di dalam kelas ataupun di luar kelas bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi setiap murid tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga menginspirasi orang lain,” tambahnya.
Tanggapan dari sekolah ini tentu menjadi salah satu pernyataan pendukung bagi Zia yang senantiasa mengatur waktunya dengan baik untuk belajar dan berkarya dari rumah saja, tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan yang ada, dan selalu meminta dukungan dan semangat dari orang tua.
“Aku selalu memiliki waktu 24 jam. Dari 24 jam itu aku selalu berusaha untuk mengaturnya dengan baik, khusus waktu kerja, waktu luang bagi diri sendiri dan sekolah. Lalu, apabila aku kehilangan semangat atau inspirasi, aku selalu berusaha untuk mengingat kembali seraya bertanya pada diri sendiri mengapa aku memulainya hingga sejauh ini? Dari situlah, aku mengembalikan semangatku, dan tentunya buatku orang tua adalah support system nomor satu yang selalu mendukungku.” tutupnya.
Wah, keren sekali ya Zia dengan kegigihannya membuat karya yang didasarkan pada misi mulia, membanggakan keindahan budaya Indonesia dari kain tradisional. Siapa yang jadi semangat untuk berkarya seperti Zia?
About Cikal
“ is a community of lifelong learners whom you can trust as a friend to empower children to be successful beyond schooling. Our main objectives are 5 Stars Competencies (consisted of Self-regulated learner, Emotionally, spiritually and morally rich, Skilful and an effective thinker, Broadminded and physically sound, as well as Empowering member of just, sustainable and peaceful global society) that has been implemented for about 21 years in the whole school atmosphere (planning, teaching and assessing) for the development of the whole person.” For more information, please visit or contact Marketing and Communication Cikal : marketing@cikal.co.id
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply