Deteksi Anak Kebutuhan Khusus Dimulai dari Rumah, Begini Kiatnya dari Pakar

seklah cikal, pendidikan inklusi cikal,cikal bincang bincang
Ilustrasi: Webinar Cikal Bincang-Bincang dengan RSIA Bunda Jakarta tentang Deteksi Dini Anak Kebutuhan Khusus. (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Anak yang hadir di keluarga dengan kebutuhan khusus adalah anugerah. Kadang gejalanya sulit dikenali oleh orang tua dan kerabat terdekat. Untuk melakukan deteksi dini anak kebutuhan khusus ini, kerabat terdekat memang harus jeli.

Salah satu kiat awal untuk mengenali gejala anak kebutuhan khusus adalah dengan mengetahui proses tumbuh kembang pada anak. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Konsultan Tumbuh Kembang dari RSIA Bunda Jakarta dalam webinar Cikal Bincang Bincang yang diselenggarakan Pendikan Inklusi Cikal bekerja sama dengan RSIA Bunda Jakarta.

BACA JUGA:

Webinar yang berlangsung pada 22 Mei 2021 selama 2,5 jam tersebut mengulas tuntas proses tumbuh kembang anak langsung dari pakar yang dihadirkan. Menariknya, webinar yang berlangsung dua arah antara narasumber dan audiens tersebut diselenggarakan untuk mengetahui gejala anak kebutuhan khusus dan seberapa perlu anak kebutuhan khusus didaftarkan ke sekolah atau mencari bantuan dari profesional.

Selain Prof Rini, panggilan akrab Rini Sekartini, dalam webinar berjudul “Mendeteksi Anak Berkebutuhan Khusus Sejak Dini” yang belangsung sejak pukul 08.30 hingga 10.00 itu, hadir juga narasumber lain yakni Vitriani Sumarlis, Msi, Psikolog, yang merupakan Tim Program Akademik dari Pendidikan Inklusi Cikal.

Pendidikan Inklusi Cikal merupakan bagian dari Sekolah Cikal untuk mendukung anak-anak kebutuhan khusus. Banyak program yang tersedia pada Pendidikan Inklusi Cikal yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran dan pengembangan diri, serta mengembangkan kecakapan hidup. Pendidikan Inklusi Cikal sendiri membuka beberapa jenis keanggotan, yakni penuh waktu dan paruh waktu.

Selanjutnya dalam paparannya Prof Rini menyampaikan bahwa langkah awal mendeteksi apakah seorang anak berkebutuhan khusus adalah dengan mengetahui tumbuh kembang fisiologis seorang anak. Cara paling sederhana untuk mengetahui adanya gejala gangguan tumbuh kembang adalah dengan membaca buku KIA yang berwarna merah muda atau biasa dikenal dengan buku pink.

“Ibu-ibu seharusnya membca buku KIA itu, tidak hanya dibawa ketika membawa anak periksa saja,” demikian penjelasannya. Rini menambahkan bahwa pemantauan tumbuh kembang di tingkat rumah tangga cukup dilakukan dengan menggunakan buku KIA tersebut.

Setelah pemantauan tumbuh kembang di tingkat keluarga dengan menggunakan buku KIA, deteksi selanjutnya dapat dilakukan di tingkat kader, tingkat pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas, serta di tingkat pelayanan rujukan.

Selain itu, Rini Sekartini juga membahas tentang masalah pertumbuhan yang dapat dijumpai pada anak-anak, yakni stunting, kurus atau kurang gizi, atau bahkan anak kegemukan/obesitas. Sedangkan untuk perkembangan, ia menyampaikan bahwa ranah perkembangan anak ada empat hal yakni motorik kasar, motorik halus, emosi sosial dan perilaku serta kemampuan wicara, bahasa, dan pendengaran.

Pertanyaan umum tentang perlukah anak kebutuhan khusus didaftarkan sekolah sedini mungkin juga terjawab dalam webinar yang banyak dihadiri oleh kaum ibu tersebut. Sekolah merupakan tempat untuk anak kebutuhan khusus belajar selain perlu juga mengikuti terapi yang diberikan oleh para profesional yang sesuai dengan bidangnya.

Selain mengikuti terapi, sekolah bagi anak kebutuhan khusus sangat diperlukan. Webinar memberikan informasi dan keyakinan bagi orang tua dengan anak kebutuhan khususnya untuk mendaftarkan anaknya belajar pada sekolah yang tepat.

Vitriani Sumarlis, Psikolog dari Pendidikan Inklusi Cikal, mengakhiri webinar itu dengan pernyatan bahwa intervensi dini terhadap ABK dapat dimulai sejak anak berusia dua tahun. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya dampak lanjutan terhadap fungsi adaptif di kemudian hari.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




1 Comment

  1. sangat menarik artikelnya,,,
    dan sya sekarang sedang konsen untuk penelitian disertasi tentang model penyelenggaraan penddikan inklusi di SUMUT,,,
    jika berkenen akan saya hubungi untuk FGD

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*