Pandemi Covid-19, Jangan Lupakan Akses Pendidikan Inklusi Berkualitas Anak-anak Disabilitas

Simulasi belajar tatap muka di SMPN 1 Surabaya
Simulasi belajar tatap muka di SMPN 1 Surabaya (KalderaNews/Dispendik Surabaya)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Akses pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas semakin menjadi tantangan di masa pandemi Covid-19, karena interaksi tatap muka yang terbatas. Muncul kekhawatiran orang tua karena tantangan yang dihadapi anak-anak penyandang disabilitas bisa tiga kali lipat.

“Kesetaraan akses, minimnya pemahaman warga sekolah, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik dalam memberikan layanan pendidikan inklusi menjadi tantangan besar,” kata CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung dalam keterangan tertulis yang diterima KalderaNews.com di Jakarta, Selasa, 1 Mei 2021.

Data penelitian Save the Children yang dilakukan di 46 negara pada Juli 2020, menemukan fakta bahwa 85 persen orang tua terutama ibu anak-anak penyandang disabilitas khawatir jika anak-anak mereka tidak bisa kembali ke sekolah, bahkan orang tua dari anak perempuan penyandang disabilitas tiga kali lebih cenderung tidak yakin anaknya dapat kembali bersekolah.

BACA JUGA:

Risiko learning lost terhadap anak penyandang disabilitas juga berimbas pada tumbuh kembang anak tersebut. Jika anak disabilitas tidak mendapatkan hak pendidikan, dapat berdampak pada kondisi kesehatan mental dan fisik anak.

“Masalah ini perlu segera ditangani. Pemerintah, organisasi dan masyarakat harus segera bersama-sama memprioritaskan akses dan layanan pendidikan inklusi yang berkualitas,” kata Selina.

Salah seorang penyandang disabilitas fisik yang juga anggota Bumi Disabilitas, Ranti (16) mengatakan di masa pandemi COVID-19 semua pembelajaran menjadi daring. Setiap hari latihan soal dan harus dicatat di bukut tulis, padahal ia mengalami keterbatasan fisik untuk menulis.

“Sebaiknya guru bisa lebih dekat dengan anak-anak disabilitas, sehingga bisa memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak-anak seperti saya,” ujar Ranti.

Melalui gerakan #SaveOurEducation yang diinisiasi oleh Save the Children, dukungan kepada anak-anak disabilitas dan orang tua melalui kunjungan ke 50 rumah anak-anak penyandang disabilitas dengan memberikan beragam kegiatan, seperti membaca buku, belajar bersama, melukis hingga konseling serta kegiatan lainnya. Kegiatan ini bekerja sama dengan komunitas Bumi Disabilitas dan para relawan.

Tak hanya kunjungan langsung, memperingati Hari Anak Internasional setiap tanggal 1 Juni, Save the Children juga memberikan ruang dan kesempatan kepada anak-anak penyandang disabilitas untuk berdialog dengan Bupati Bandung dan Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek tentang tantangan yang dihadapi saat pandemi COVID-19 serta harapan anak-anak untuk pendidikan inklusi.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*