Melongok Tradisi Jemput Murid di Gunungkidul, Agar Mereka Bisa Tetap Belajar

Broto Sugondo saat menjemput siswa sekolah di SD Kenteng II Ponjong, Gunungkidul. (KalderaNews.com/Ist.)
Broto Sugondo saat menjemput siswa sekolah di SD Kenteng II Ponjong, Gunungkidul. (KalderaNews.com/Ist.)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Sekolah dasar ini berjarak sekira 60 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Sekolah ini berdiri di Kenteng, Ponjong, Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan dan sawah yang mana penduduk di desa ini sebagian besar masih bekerja sebagai petani.

Meski di daerah perdesaan, namun dedikasi guru-guru SD ini bisa dijadikan contoh. Guru-guru di sekolah ini memiliki tradisi menjemput para siswa dari rumahnya masing-masing.

Tujuannya mulia, agar anak-anak tetap belajar di sekolah. Ini dilakukan juga mengingat jarak dari rumah ke sekolah yang sangat jauh dengan medan yang menantang.

BACA JUGA:

Para guru menjemput murid-muridnya setiap hari menggunakan sepeda motor. Tradisi ini sudah berjalan selama delapan tahun terakhir ini.

Seorang guru yang rutin menjemput siswa adalah Matius Brotosugondo. Guru yang kini berusia 57 tahun ini setiap pagi berangkat dari rumahnya di Tawarsari, Wonosari sekitar pukul 05.30.

Setiba di sekolah, ia langsung menjemput siswa satu per satu. “Harus pagi memang supaya mereka tidak terlambat masuk sekolah,” kisah Broto.

Broto mengatakan, memang tidak semua siswa diantar jemput, hanya siswa yang jarak rumahnya jauh yang mendapatkan fasilitas ini. Siswa lain yang rumahnya dekat, mereka bisa berjalan kaki atau diantar orangtua mereka.

“Siswa yang dijemput guru, rumahnya sekitar 2,5 kilometer. Kalau yang dekat biasanya mereka jalan kaki,” imbuh Broto.

Seorang guru di SD Negeri II Kenteng saat menjemput siswa untuk pergi ke sekolah. (KalderaNews.com/Ist.)

Setiap pagi, siswa sudah siap di rumah masing-masing. Mereka langsung mengenali begitu ada suara khas sepeda motor guru mereka. Saat itulah, siswa akan berlari untuk kemudian membonceng guru ke sekolah.

Tradisi ini bukan tanpa tantangan. Broto mengakui, cuaca yang kadang hujan menjadikan kebiasaan menjemput siswa menjadi berat. Belum lagi, jalan yang sebagian berlubang menjadikannya lebih sulit.

“Jalannya cukup sulit, tanjakan, turunan serta ditambah kondisi jalan yang licin menjadi hambatan kami,” kata Broto.

Kegiatan menjemput murid ini dilakukan oleh para guru yang berstatus honorer ataupun guru PNS. Tak ada imbalan untuk mereka.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*