Talkshow SGU-STIKES Tarumanegara: Indonesia Punya Potensi Herbal Covid-19 yang Sangat Kaya

SGU, talkshow, potensi herbal, jamu covid
Talkshow SGU - STIKES Tarumanegara dan Sido Muncul tentang Potensi Herbal dan Jamu di Indonesia pada Selasa, 22 Juni 2021 (KalderaNews/Lita Mayasari)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Swiss German University (SGU) bekerjasama dengan STIKES Tarumanegara menunjukkan kepeduliannya dengan mengadakan talkshow bertajuk “Potensi Herbal dan Jamu dalam Mengatasi Pandemi Covid-19” secara daring pada Selasa, 22 Juni 2021.

Webinar mengungkap fakta kalau Indonesia mempunyai potensi herbal yang sangat kaya. Bicara herbal di Indonesia, sama seperti membahas tentang jamu, minuman tradisional yang telah banyak dikenal. Sido Muncul yang telah lama dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi jamu di Indonesia turut hadir dalam acara talkshow tersebut.

BACA JUGA:

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun ini membuat banyak pihak makin berpikir kritis. Termasuk meningkatkan level imunitas agar yang sudah terpapar tidak makin parah. Sebab virus Corona memang menyerang saat imun tubuh turun.

Dalam acara yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu, dihadirkan pembicara pakar di bidangnya, yakni Irwan Hidayat, Direktur PT. Sido Muncul, Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, serta Dr. (Apt) Yesi Desmiaty yang mewakili Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami.

Irwan Hidayat, yang menjabat sebagai Presiden Direktur Sido Muncul, merupakan cucu pendiri pabrik yang dikenal produknya dengan Tolak Angin. Jamu Tolak Angin banyak dikenal melalui tagline-nya  “Orang Pintar Minum Tolak Angin’”

Irwan Hidayat mengungkapkan, “Saat Pandemi Covid, orang minum apa saja. Yang tertulis di media sosial semua diminum. Produk kami salah satunya adalah tolak angin. Tubuh kita mempunyai auto imun sistem saat menghadapi suatu serangan penyakit.”

“20 tahun lalu saat meneliti jamu untuk masuk angin, ternyata masuk angin merupakan gejala awal menurunkan daya tahan tubuh,” demikian Irwan menambahkan penjelasan awal tentang produksi jamunya.

Sedangkan Inggrid Tania sebagai Ketum PDPOTJI yang beranggotakan peneliti jamu herbal dan praktisi jamu herbal, mengungkapkan bahwa  PDPOTJI dibentuk salah satunya sebagai bentuk pengembangan jamu tradisional dapat dipakai di seluruh masyarakat dan melakukan advokasi agar obat tradisional dapat digunakan pada pelayanan kesehatan oleh dokter.

Yesi Desmiaty yang merupakan perwakilan Perhiba merupakan peneliti akademisi yang tertarik meneliti herbal sejak 1978 yang dibentuk oleh Fakultas Farmasi dan FK UI.

Acara yang berlangsung interaktif melalui aplikasi Zoom tersebut banyak dihadiri dokter dan apoteker. Beragam pertanyaan muncul dari audiens yang hadir yang berjumlah sekitar 750 peserta.

Kholis Abdurachim Audah, Ph.D, Director of Academic Research and Community Service SGU,  menyampaikan pada bagian penutup, “Kita dituntut untuk tahu cara menggunakan obat yang terbaik dan tidak perlu mengontroversikan antara obat medis dan tradisional. Saya berharap dari kegiatan ini lahir kerjasama baik antar akademisi maupun antara akademisi dengan praktisi industri,”

Kholis juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sumbangsih kecil terhadap Indonesia dalam menghadapi Covid-19 dan berharap pandemi ini segera berakhir.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*