MOJOKERTO, KalderaNews.com – Kepala Sekolah SD Katolik Wijana Sejati Kota Mojokerto, Sr. M. Marsiana menyampaikan praktik baik pelaksanaan PTM terbatas di sekolahnya.
Sebelum masuk ke dalam kelas, peserta didik wajib menginjak karpet yang sudah disemprot disinfektan selanjutnya diarahakan untuk mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, serta selalu menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan.
Untuk proses pembelajaran, peserta didik masuk secara bergantian 50 persen dari kapasitas kelas. Pelaksanaan pembelajaran pun dilakukan secara tatap muka dan daring.
BACA JUGA:
- Panduan Penyelenggaraan PTM Terbatas Nggak Kaku-kaku Amat Alias Dapat Disesuaikan dan Dikembangkan
- Boleh Ditiru, Dua Sekolah Ini Menjadi Contoh Baik Persiapan PTM Terbatas
- PTM Terbatas Langsung Dihentikan, Jika Ada yang Kena Covid-19
“Bagi siswa yang tidak luring bisa mengikuti pembelajaran lewat daring. Peserta didik pun diajak berperan aktif dalam proses pembelajaran,” ujarnya pekan ini.
Cerita menarik tentang persiapan PTM Terbatas pun disampaikan Guru Taman Kanak-kanak Langgeng Garjita, Kabupaten Cianjur, Ine Rahaju. Ia menuturkan bahwa karakteristik dari peserta didik usia dini sangat butuh untuk bergerak.
“Kelas diberi sekat antar anak 2×2 meter lalu setengah badan ke atas nya nanti ditutup dengan plastik sehingga mereka masih berhubungan pada saat di kelas, para guru memperhatikan dan memastikan masker yang digunakan oleh anak tidak dilepas, dan mengajak anak untuk cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,” ujar Ine Rahaju.
Agar ruangan menjadi luas, lanjut Ine, TK Langgeng Garjita menggabungkan dua ruang kelas menjadi satu kelas dengan menambah pendamping satu orang. “Tadinya mau menggunakan shifting ketika kelas hanya maksimal 5 siswa per kelas. Namun karena di sini daerahnya dataran tinggi jadi tidak setiap hari siswa datang ke sekolah sehingga kami sepakat untuk dibuat dalam satu kelas dengan memakai dua kelas dengan dua guru,” tuturnya.
Untuk proses KBM, dalam seminggu pembelajaran di dalam kelas dilakukan selama tiga hari dan dua harinya di luar kelas. “2 hari di luar kelas untuk memfasilitasi bagaimana mereka tetap terfasilitasi dalam eksplor lingkungan. Pada saat pembelajaran di luar lingkungan kelas ini maka pendampingan di luar kelas ditambah satu orang tua tergantung dari karakteristik kelasnya,” ucapnya.
Pihak sekolah, kata Ine, juga mengimbau para orang tua untuk memastikan kondisi anak dalam keadaan sehat ketika ingin berangkat ke sekolah. “Sarapan dahulu sebelum berangkat, dan membawa pembekalan dan perlengkapan belajar sendiri. Orang tua yang mengantar anaknya pun kami imbau agar tidak berkumpul dan wajib menggunakan masker,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply