YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Sekolah Katolik telah memiliki sejarah panjang dalam pendidikan Indonesia. Salah satu yang menjadi ciri khas sekolah Katolik adalah adanya beberapa sekolah homogen. Sebut saja SMA Santa Ursula Jakarta dan SMA Stella Duce Yogyakarta yang siswanya hanya perempuan. Ada juga Kolese Kanisius Jakarta, SMA Pangudi Luruh Jakarta, dan SMA De Britto Yogyakarta.
Webinar Katolikana dengan tema “Sekolah Homogen Apa Menariknya?” menghadirkan pembicara Kepala Sekolah SMA De Britto Yogyakarta, Agustinus Prih Ardiartanto; Wakil Kepala Sekolah SMA Stella Duce Yogyakarta, Setiawati Gunawan dan Pengajar Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar, Sumatera Utara, Romo Ellio Sihombing OFM Cap.
Meski muridnya homogen, sekolah-sekolah ini malah menjadi sekolah favorit di kotanya masing-masing. Lulusan dari sekolah-sekolah ini pun mampu berkiprah dalam masyarakat. Sebut saja misalnya J. Kristiadi, Kris Biantoro, Eddy Sud, Mayong Suryo Laksono, dan Cyrillus Harinowo yang adalah lulusan SMA De Britto Yogyakarta.
BACA JUGA:
- Begini Cara Sekolah Katolik Santo Antonius Jakarta Lestarikan Kekayaan Budaya Nusantara
- Inilah SMA Swasta Terbaik di Kota Yogyakarta dengan Nilai Rerata Tertinggi UTBK 2020 Versi LTMPT
- Ada yang Menarik di Wisuda Online SMA Kolese de Britto, Simak Yuk!
Agustinus menuturkan 1948, para imam Serikat Yesus (SJ) dan Suster-Suster Carolus Borromeus (CB), mendirikan sekolah bersama di Yogyakarta. Baru berjalan dua minggu, sekolah itu tutup karena adanya Agresi Militer. Ketika situasi aman dan sekolah dimulai lagi, ternyata para siswa putri mulai belajar terlebih dahulu. Baru setelah beberapa saat kemudian, para siswa putra mulai belajar.
Sejak saat itu, sekolah untuk putri dan putra dipisah. Untuk sekolah bagi siswa putri masih berkembang menjadi SMA Stella Duce Yogyakarta yang kini dikelola Suster CB. Sedangkan sekolah untuk pria, saat ini berkembang menjadi SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang dikelola para imam SJ.
Keunggulan Sekolah Homogen
Di SMA De Britto, setiap siswa diarahkan untuk memiliki kesadaran untuk dapat memilih dan bertanggugjawab atas pilihannya. Agustinus mengatakan, kebebasan memilih ini nampak misalnya dari pakaian yang tidak harus seragam. Meski siswanya semua laki-laki, siswa di sekolah ini juga dapat memanjangkan rambutnya.
“Setiap anak diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan pilihannya. Namun, ia juga dituntut untuk bertanggung jawab pada pilihannya,” ujar Agustinus, Jumat, 30 Juli 2021.
Dari kebebasan-kebebasan berpakaian dan memanjangkan rambut ini, Agustinus mengatakan, siswa diarahkan untuk memilih dengan benar. Sehingga, sekolah mengajak siswa untuk berpikir mana yang terbaik bagi hidup mereka.
“Ketika mereka memanjangkan rambut, mereka diajak untuk menyadari, bahwa pilihan itu harus dapat mereka pertanggungjawabkan. Meski rambut panjang, mereka harus rapi. Sehingga pendidikan anak muda harus membangun kesadaran, mereka siswa sadar atas semua pillihan yang diambil,” ujar Agustus.
Dalam hal ini, sekolah berperan untuk mengarahkan siswa agar memilih dengan dewasa sehingga mereka tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan. Dalam hal ini, ungkap Agustinus, siswa diajak untuk memilih dengan bertangung jawab.
Sementara itu di SMA Stella Duce, yang semua muridnya perempuan, mereka diajak untuk berlatih hidup dengan tidak mengandalkan laki-laki. Dalam hal ini, siswi dilatih untuk menjadi tangguh. Karakter sebagai wanita tangguh ini terbentuk justru dari pola pergaulan selama sekolah dan terbentuk secara alami.
“Ketangguhan ini terlihat saat misalnya ada pentas seni yang kadang mengharuskan siswa putri mengangkat barang-barang yang berat,” ujar Wakil Kepala Sekolah SMA Stella Duce, Sitiawati Gunawan.
Dari sisi kedisiplinan, SMA Stella Duce mengedepankan dialog dengan siswi selama pendidikan. Hal ini misalnya, setiap kali siswi melakukan pelanggaran, sekolah tidak serta merta menyalahkan siswi dengan memberi hukuman. Sekolah akan melakukan dialog untuk mengetahui alasan mengapa siswi tersebut Malukan pelanggaran. Dari dialog inilah pendidikan berlangsung, di mana siswi dilatih bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.
Proses seperti inilah yang menjadi keunggulan dari sekolah homogen baik itu SMA Stella Duce dan SMA De Britto. Setiap murid diajarkan untuk disiplin namun bukan semata melalui setiap aturan yang ada, namun siswa diajak memiliki kesadaran atas pilihan dan tindakannya, dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply