Mendikbudristek: Kuliah Hanya Dengar Ceramah Sudah Enggak Zaman, Bagaimana Seharusnya?

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim (KalderaNews/Dok. BPMI)
Sharing for Empowerment

BANDUNG, KalderaNews.com – Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, menyatakan bahwa model pembelajaran dengan siswa hanya mendengarkan guru atau dosen ceramah saja sudah tidak relevan dengan era kini. Guru atau dosen ceramah itu maksudnya adalah siwa hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan pengajarnya di kelas.

Dalam orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-64 Universitas Padjadjaran, Sabtu, 11 September 2021, Nadiem mengatakan, “Sudah tidak zaman lagi kita masuk ke dalam situasi dan kembali ke sekolah tatap muka, Cuma agar adek-adek kita masuk kelas, mendengarkan ceramah dan setelah itu di akhir semester diberikan tes.”

BACA JUGA:

Menurut Nadiem, metode pembelajaran yang disebut terseut bukanlah metode pebelajaran yang dimaksudkan di abad ke-21. Lebih lanjut Nadiem juga menyebutkan bahwa itu bukan yang dimaksud dalam merdeka belajar. “Itu bukan pembelajaran yang kita maksudkan di abad ke-21. Dan itu bukan yang dimaksud dalam merdeka belajara,” paparnya.

Pada abad ke-21 ini, teknologi dapat berperan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Bidang pendidikan harus menjadi pihak yang dapat memanfaatkan kemajuan perkembangan teknologi untuk peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri.

“Kenapa tidak bisa konten-konten tersebut, ceramah-ceramah tersebut, itu semuanya dipaparkan secara online, sehingga mahasiswa pada saat masuk tatap muka bisa memfokuskan waktu tersebut untuk diskusi, untuk berdebat, mengerjakan proyek bersama, dan melakukan presentasi serta mendapatkan feedback dari teman-temannya.”

Mantan bos Gojek in mengatakan untuk mengejar ketertinggalan akibat pandemi COvid-19 yang melanda, teknologi harus dimanfaatkan lebih maksimal dalam proses pembelajaran. Di tingkat pendidikan tinggi, ia pu mendorong dibangun sistem pembelajaran hybrid yang didukung dengan infrastruktur yang memadai.

Secara jelas, Kemendikbudristek memaparkan bahwa pembelajaran hybrid berarti bukan metode perkuliahan yang mahasiswa hanya duduk di dalam kelas dan mendengarkan ceramah dari dosen saja.

“Transformasi pendidikan tinggi untuk pembelajaran yang lebih bermakna di masa depan memang harus melibatkan teknologi, oleh karena itu saya mengapresiasi inisiatif Universitas Padjajaran untuk membangun kampus hybrid sebagai lompatan kita bangkit dari situasi ini,” ujarnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*