23 September Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional, Begini Sejarahnya

Ilustrasi orang yang sedang berkomunikasi dengan bahasa isyarat. (KalderaNews.com/Foto.Ist)
Ilustrasi orang yang sedang berkomunikasi dengan bahasa isyarat. (KalderaNews.com/Foto.Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Setiap 23 September, dunia merayakan Hari Bahasa Isyarat Internasional. Peringatan ini masih tergolong baru, karena baru ditetapkan pada 2017 lalu. Namun, perjalanan penetapan tanggal penuh liku.

Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional bertujuan agar para difabel, terutama orang tuli mendapatkan hak yang sama seperti warga masyarakat lain, salah satunya hak mendapatkan informasi.

BACA JUGA:

Saat ini, di Indonesia, beberapa stasiun televisi telah melengkapi siaran berita dengan bahasa isyarat. Pun dengan acara-acara lain yang kerap dilengkapi dengan petugas bahasa isyarat.

Bahasa isyarat merupakan bahasa yang unik dalam jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama. Misal Amerika Serikat dan Inggris. Meski memiliki bahasa tertulis yang sama, tetapi dua negara ini memiliki bahasa isyarat yang berbeda (American Sign Language dan British Sign Language).

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, Hari Bahasa Isyarat Internasional atau International Day of Sign Language (IDSL) dirayakan setiap tanggal 23 September setiap tahunnya sesuai dengan resolusi IDSL (A/C.3/72/L.36/Rev.1 – International Sign version).

Resolusi tersebut awalnya tercipta dari konsensus selama pertemuan ke-48 Komite Ketiga Majelis Umum PBB pada November 2017. Namun, resolusi IDSL baru resmi diadopsi dalam Sidang Umum PBB ke-72 pada Desember 2017 di New York, Amerika Serikat.

Satu tahun berikutnya, 23 September 2018, Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional atau International Day of Sign Language (IDSL) pertama kali dirayakan dengan tema “With Sign Language, Everyone is Included!”

Hari Bahasa Isyarat Internasional merupakan prakarsa Antigua dan Barbuda, yang terletak di Laut Karibia bagian timur. Prakarsa itu diikuti Federasi Tunarungu Dunia atau World Federation of the Deaf (WFD) kepada PBB. Akhirnya, pada sidang umum PBB ke-72, resolusi ini disetujui dan didukung 97 negara anggota PBB lainnya.

Pemilihan tanggal 23 September oleh PBB sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional tak lepas dari munculnya Federasi Tunarungu Dunia yang juga didirikan pada September 1951.

Tujuh tahun setelah pembentukan tersebut, tepatnya pada September 1958, diadakan Pekan Tunarungu Internasional atau International Week for the Deaf (IWDeaf). Maka, PBB menetapkan IDSL perdana ini sebagai bagian dari rangkaian acara Pekan Tunarungu Internasional yang akan berlangsung pada 23-30 September 2018.

Mengutip data laman resmi WFD, ada sekitar 72 juta penyandang tunarungu di dunia dan lebih dari 80 persen di antaranya tinggal di negara berkembang. Selain itu, ada sekira 300 bahasa isyarat yang berbeda di dunia. Maka, peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional menjadi pengingat dan penggugah kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat, serta mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas tunarungu.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*