Ini Komentar IDAI Terhadap Kemendikbudristek yang Tak Hentikan PTM Meski Muncul Klaster Baru Covid-19

Ilustrasi: Siswa memakai masker. (Ist.)
Ilustrasi: Siswa memakai masker. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah mulai berlangsung selama beberapa pekan. Sejumlah klaster Covid-19 dikabarkan muncul karena PTM ini. Total klaster baru Covid-19 yang muncul adalah sekitar 1.296.

Kasus positif Covid-19 mulai ditemukan di lingkup Sekolah Dasar dan tercatat paling banyak, yakni 6.908 siswa terkonfirmasi Covid-19.

BACA JUGA:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, menjelaskan bahwa pihaknya masih terus memonitor temuan kasus ini, tetapi menegasan bahwa PTM tidak akan diundur.

“Itu terus kita monitor, itu temuannya. Bukan berarti PTM-nya dakan diundur, masih harus jalan, terbuka, tapi sekolahnya masing-masing kalau ada kasus klaster ya harus ditutup segera memang seperti ini,” kata mantan bos Gojek itu.

Nadiem juga menyampaikan bahwa belajar tatap muka tidak akan dihentikan meski klaster Covid-19 mulai muncul. Namun, sekolah bisa ditutup sementara bila ada klaster Covid-19 ditemukan dalam lingkup sekolah tersebut.

“Tidak, tidak (dihentikan). PTM terbatas masih dilanjutkan, protokol kesehatan harus dikuatkan dan sekolah-sekolah di mana ada situasi seperti itu harus ditutup segera sampai aman,” ujarnya.

Terkait temuan klaster di masa PTM, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Aman Bhakta Pulungan, Sp.A(K) tidak banyak berkomentar. Ia hanya mengatakan bahwa IDAI tetap pada rekomendasi yang sudah dikeluarkan terkait PTM pada bulan Agustus lalu.

“IDAI tetap sesuai apa rekomendasi kita,” kata Aman pada Jumat, 24 September 2021. Sebelumnya, Aman Pulungan sempat menyampaikan bahwa PTM bisa dilakukan atas izin orang tua murid. Dalam rekomendasinya, IDAI pun menjelaskan perihal keputusan sekolah bisa tutup kembali di masa pandemi.

Menurut Aman Pulungan, sekolah tatap muka memang diperlukan demi mengejar pendidikan anak yang tertinggal selama masa pandemi. Selain itu, sekolah tatap muka juga bisa memengaruhi masa depan anak.

“Sekolah ini memang harus segera, jadi kalau kita lihat pandemic sudah 18, 19, atau 20 bulan. Kita melihat tentu ada sistem kesehatan terganggu, disrupsi ektivitas ekonomi, pendidikan, ini development indeks kita. Nah, outcome-nya nanti saat remaja tidak siap untuk pekerjaan. Banyak yang tidak sekolah juga jadi early marriage dan kehamilan dini,” kata Aman.

Meski begitu, Aman juga melihat bahwa Covid-19 ini bisa mengancam nyawa anak. Menurut data, ada 50 persen anak di bawah 5 tahun yang meninggal karena Covid-19 di Indonesia.

“Kalau kita lihat keadaannya, anak kita juga banyak yang meninggal. Jadi, sampai saat ini yang meninggal 1.500 lebih atau hampir 1.600. yang menyedihkan ini 50 persennya di bawah 5 tahun dan sekitar 30 persen adalah remaja,” ujarnya.

Agustus lalu IDAI telah mengeluarkan rekomendasi terkait PTM. Salah satunya tentang syarat anak bisa PTM, yakni sudah mendapatkan vaksin Covid-19 untuk usia yang diwajibkan. Begitu pun dengan guru dan perangkat sekolah harus sudah divaksinasi.

Dalam poin keempat, IDAI menyampaikan bahwa keputusan pembukaan sekolah dibuat secara berkala melalui evaluasi mingguan. Sekolah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan memutuskan membuka atau menutup sekolah dengan memperhatikan kasus harian.

Sebagai contoh, jika ada satu kasus di sekolah, maka sekolah dengan bantuan dinas kesehatan harus segera melakukan tracing, kelas atau sekolah yang terpapar ditutup sementara, memberitahu pihak-pihak terkait dan melakukan mitigasi kasus.

“Pertembuangan untuk menghentikan kegiatan tatap muka dan mengganti dengan kegiatan yang sesuai, berdasarkan hasil keputusan oleh berbagai pihak termasuk orangtua, guru, sekolah, pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan. Kelas atau sekolah dapat dibuka kembali jika sudah dinyatakan aman,” demikian isi pandangan IDAI.  

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*