
JAKARTA, KalderaNews.com – Pada tanggal 10 Mei, masyarakat dunia memperingati Hari Lupus Sedunia, dimana penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit seribu wajah.
Penyakit Lupus sendiri merupakan penyakit autoimun, dimana kondisi sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing (non-self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self), dan kondisi ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Dirangkum dari berbagai sumber dikatakan bahwa penyakit lupus tersebut terdiri dari beberapa macam jenis, salah satu jenis yang paling sering dirujuk masyarakat umum yakni Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
BACA JUGA:
LES memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan hingga yang mengancam jiwa.
Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Pasien LES dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali LES sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat.
Guna menekan tingginya prevalensi LES, Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan program deteksi dini Lupus yang disebut dengan Periksa Lupus Sendiri (SALURI)
Sehingga untuk lebih mencegah dan memahami penyakit lupus ini, dibutuhkan pemahaman tentang Lupus dan dukungan mendalam untuk orang yang terkena /ODAPUS (Orang dengan Lupus) dan keluarganya yang terkena dampak penyakit ini.
Kementerian Kesehatan RI sendiri telah mengajak seluruh stake holder yaitu Pemerintah (Pusat dan Daerah), Organisasi Profesi, Penyandang/ODAPUS dan Pendamping seperti Keluarga ODAPUS, Komunitas/Paguyuban atau LSM/Yayasan untuk bersama sama bergandeng tangan dan tetap tegar menghadapinya.
Singkatnya, Penyakit Lupus adalah penyakit radang / penyakit autoimun dimana kondisi sistem imunitas ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri yang sehat. Peradangan akibat hal ini dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh termasuk kulit, ginjal, otak, sel darah, paru-paru, jantung dan persendian.
Lupus merupakan penyakit inflamasi sistemik autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya. Penyakit ini terutama menyerang wanita usia produktif (15-50 tahun) dengan angka kematian yang cukup tinggi, meski begitu lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja.
Penyakit Lupus dapat menjadi beban sosio-ekonomi bagi masyarakat dan negara karena penyakit ini memerlukan pengobatan dan penatalaksanaan yang tidak sederhana, dan melibatkan banyak bidang keahlian tertentu. Selain itu biaya perawatan /pemgobatan yang harus dikeluarkan relatif mahal dan berlangsung seumur hidup.
World Health Organization mencatat jumlah penderita lupus di dunia hingga saat ini mencapai lebih lima juta orang, dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru.
Kondisi ini mempengaruhi masyarakat global dari semua kebangsaan, etnis, ras, usia dan jenis kelamin. Meskipun kondisi ini tidak memiliki batasan, memahami lupus dapat membantu mengendalikan dampaknya.
Untuk itu penting sekali bersama sama dengan masyarakat global berupaya untuk memastikan bahwa orang dengan Lupus didiagnosis dan diobati secara efektif.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply