
JAKARTA, Kalderanews.com — Hello Guys, bila kamu berharap ChatGPT bisa dimintai tolong mengerjakan pe-er mata pelajaran apa saja, bersiaplah kecewa, Bro. Program kecerdasan buatan ini ternyata lemah dalam Matematika. Jangankan untuk menjawab soal Matematika SMA, apalagi Perguruan Tinggi, kemampuan Matematika ChatGPT tak lebih baik dari adik kamu siswa kelas 6 Sekolah Dasar.
Tentang hal ini, Bro & Sis dapat menyimak penjelasan Christian Terwiesch, professor University of Pennsylvania’s Wharton School. Ia sudah melakukan pengujian terhadap ChatGPT secara bertahap. Dalam pengujian ketiga terungkap kelemahannya.
“Ia membuat serangkaian kesalahan Matematika yang sangat bodoh yang tidak akan dilakukan oleh siswa kelas enam – itu benar-benar ironi,” begitu penjelasan Terwiesch dalam wawancara dengan Businessweek, 4 Februari 2022.
Menurut dia, ChatGPT memang dapat merangkai kata untuk menjelaskan sesuatu dengan baik. “Ia menerapkan logika dan penalaran yang bagus dan memiliki pemahaman konseptual yang baik, tetapi tidak dapat mengerjakan Matematika,” kata Terwiesch.
BACA JUGA:
- Apa yang Bikin 3 Perpustakaan Ini Jadi Favoritnya? Begini Cerita Dr Reimer
- Begini Cara Perpustakaan Kampus Ternama Berubah di Era Digital
- ChatGPT Diblokir di Sekolah AS, Orang-orang Harvard Ajukan 10 Solusi
Bagi Bro dan Sis yang mungkin belum terlalu familiar dengan Terwiesch, dia ini adalah salah satu sosok yang paling awal mempromosikan kehebatan ChatGPT. Desember tahun lalu ia mencoba menguji program ChatGPT terbaru untuk mengerjakan soal mata kuliah Manajemen Operasi yang diampunya. Hasilnya cukup WOW. ChatGPT lulus di atas rata-rata, dengan nilai B-.
Hasil ini kemudian dia tulis dalam sebuah paper. Judulnya provokatif: Would ChatGPT3 Get a Wharton MBA? A Prediction Based on Its Performance in the Operations Management Course. Ini mendatangkan kepanikan bagi banyak orang.
Terwiesch menjelaskan ujian yang ia sodorkan ke ChatGPT. Pertanyaan pada ujian pertama tentang menemukan hambatan dalam suatu proses. Kepada kecerdasan buatan itu ditanyakan berapa modal kerja yang dibutuhkan peritel untuk mempertahankan usahanya. Dia lulus.
“Kemudian saya memberi pertanyaan yang lebih sulit, dan di sana ia kesulitan dan jawabannya salah. Lalu saya memberikan petunjuk dengan cara yang sangat manusiawi, seperti yang biasa diberikan kepada seorang siswa, dan ia menangkap petunjuk tersebut. Itu mengejutkan saya, dan itu menyenangkan untuk ditonton. Ia menyesuaikan penalaran dan responsnya terhadap petunjuk itu, dan jawabannya menjadi lebih baik. Itu mulai terasa seperti kerja tim, seperti produksi bersama antara saya dan ChatGPT,” kata Terwiesch yang adalah ketua departemen operasi, informasi dan pengambilan keputusan di Wharton.
Lalu tiba pada area pengujian ketiga berupa persoalan Matematika. Di sana ChatGPT menunjukkan kelemahannya. “C’mon, you’re computer, dude,” ledek Terwiesch.
Terwiesch yang juga adalah co-director Penn’s Mack Institute for Innovation Management tidak memandang ChatGPT sebagai ancaman terhadap profesi manusia. Bila pun ada orang yang panik mendengar kehebatan ChatGPT, menurutnya wajar. Malahan itu bagus, apabila disertai rasa gembira dan tertantang.
Tentang kekhawatiran orang bahwa pelajar akan menggunakan ChatGPT untuk mengakali tes dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, Bro dan Sis tidak usah galau. Terwiesch mengatakan kemungkinan itu kecil terjadi.
Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya setidaknya ada tiga fungsi tes. Pada dua diantaranya ChatGPT tidak mungkin dapat memenangkannya.
Pertama tes keahlian seperti tes untuk menjadi lawyer atau akuntan. Kata Terwiesch, ChatGPT kecil kemungkinan dapat melakukan hal ini.
Kedua, tes untuk mendiagnosis sampai sejauh mana kemampuan siswa agar guru dapat menyesuaikan pengajarannya. Di sini juga, menurut dia, ChatGPT menghasilkan informasi keliru.
Ketiga, tes yang berupa latihan-latihan. Nah, Guys, menurut Terwiesch, ChatGPT dapat membantu kita dalam hal ini.
Ia memberi contoh ChatGPT yang didisain berpretensi sebagai profesor Filsafat Prancis. Siswa dapat bertanya kepada ChatGPT tentang filsafat dalam Bahasa Prancis, dan melalui pembelajaran itu siswa meningkatkan kemampuannya.
Dalam hal ini, proses belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Hasilnya kemampuan siswa diharapkan meningkat lebih baik.
Jadi Bro & Sis, peran para pengajar adalah untuk memastikan ChatGPT mendorong proses belajar menjadi pengalaman kreatif. Memang bisa saja dalam mengerjakan pe-er kamu sepenuhnya mengandalkan ChatGPT. Hasilnya kamu copy paste begitu saja. Namun itu justru berdampak buruk bagi kamu, karena kamu tidak mengalami pembelajaran darinya. Justru bila kamu cukup kritis dan menjadikan ChatGPT partner dalam belajar, barulah kamu menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Begitu sih kurang lebih kata Terwiesch.
Terwiesch tidak yakin ChatGPT akan menggantikan profesi guru atau profesi apa pun. Menurut dia, ChatGPT justru membuat berbagai profesi tersebut semakin terbantu. Apalagi persoalan yang dihadapi manusia juga terus berkembang.
“Kita tidak akan kehabisan pekerjaan. Lihat saja sekeliling. Dokter dan perawat kita terlalu banyak bekerja, ada krisis kesehatan mental, krisis iklim, ruang kelas kita penuh sesak. Yang bergeser adalah batas efisiensi. ChatGPT dapat membantu kita meningkatkan produktivitas. Tugas kita sebagai masyarakat untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan dengannya,” pungkasnya.
Semoga info ini membantu ya Guys.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply