JAKARTA, KalderaNews.com — Daripada mengutamakan ijazah, sejumlah negara bagian di AS lebih menekankan kompetensi, ketrampilan dan pengalaman praktis dalam penerimaan pegawai negeri sipil (PNS).
Negara bagian Maryland pertama kali mengambil langkah ini pada bulan Maret tahun lalu. Negara itu menghapus persyaratan gelar sarjana penuh untuk penerimaan PNS.
Gubernur Maryland Larry Hogan berkata pada saat itu, ”Lebih penting dari sebelumnya bahwa kita bekerja sama untuk menemukan cara baru untuk membangun jaringan pekerja terampil yang berbakat dan terlatih dengan baik untuk pekerjaan di masa depan. Itu berarti mengejar ide-ide yang berani dan inovatif serta berkomitmen untuk tidak meninggalkan pekerja terampil.”
BACA JUGA:
- Inovasi Minuman Berbahan Batang Pisang Antarkan 3 Mahasiswa UEU Jakarta Raih Beasiswa ke AS
- Masyarakat Diajak Pilih Logo IKN Kota Nusantara, Begini Caranya
- Duh, Suhu yang Naik Sejak Tahun 1980 Ternyata Memang Tidak Pernah Turun Lagi
Langkah serupa diikuti oleh negara bagian Utah pada bulan Desember tahun lalu. Negara bagian ini menghilangkan gelar sarjana sebagai persyaratan untuk sebagian besar pekerjaan di pemerintahan.
“Gelar telah menjadi penghalang untuk masuk ke dalam terlalu banyak pekerjaan,” kata Gubernur Utah Spencer Cox.
“Alih-alih berfokus pada kompetensi yang dapat dibuktikan, fokusnya terlalu sering pada selembar kertas. Kami sedang mengubahnya.”
Awal tahun ini giliran Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro melakukan terobosan yang sama. Ia menandatangani instruksi pemerintah bertajuk “Creating Opportunities by Prioritizing Work Experience for State Government Jobs.” Melalui instruksi itu, Shapiro menghapus gelar sarjana sebagai syarat untuk sebagian besar lowongan kerja di pemerintahan.
Dengan keputusan yang berlaku segera saat ditandatangani 18 Januari lalu, diharapkan akan membuka pintu lebih lebar ke 65.000 lowongan PNS di negara itu yang mencapai 92% dari total lowongan.
Shapiro berkata, di pasar tenaga kerja modern para calon tenaga kerja memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan berbagai kemampuan lainnya melalui berbagai sarana, termasuk lewat magang, on-the-job training, latihan militer dan sekolah ketrampilan.
“Berfokus pada ketrampilan, kompetensi dan pengalaman praktis ketimbang latar belakang pendidikan membuka peluang baru bagi seluruh rakyat Pennsvania untuk berhasil secara profesional,” kata Shapiro, dikutip dari situs ERE Recruiting Intelligence.
Lebih jauh negara bagian itu akan melakukan audit terhadap 8 persen lowongan pekerjaan yang masih mensyaratkan gelar sarjana penuh. Audit itu dimaksudkan untuk memastikan validitas perlu tidaknya syarat tersebut.
Fenomena ini menjadi sorotan Majalah Time edisi terbaru. Wartawan majalah itu, Jenny Anderson, dalam rubrik The View, menyajikan analisis tentang semakin menurunnya minat melanjutkan kuliah di kalangan anak muda AS.
Mengutip sebuah survei, Jenny Anderson mengatakan tahun 2009 sebanyak 70 persen siswa SMA yang baru lulus mengatakan akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sedangkan tahun 2021 angka itu merosot menjadi 61 persen, mundur ke posisi tahun 1994.
Salah satu penyebabnya, menurut Anderson, dikarenakan keahlian praktis semakin dipandang penting. Berbagai kursus online naik daun, terutama setelah Pandemi Covid-19.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply