
JAKARTA, KalderaNews.com – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati meminta perguruan tinggi vokasi (PTV) data lebih leluasa berinovasi dalam penyelenggaran pendidikan tinggi dengan standar nasional yang fleksibel dan tidak preskriptif.
“Merdeka Belajar episode ke-26 menyerukan ajakan, ayo kita melakukan transformasi,” kata Dirjen Kiki.
Diketahui, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-26: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi beberapa waktu yang lalu.
BACA JUGA:
- Skripsi Bukan Momok, Dosen Pendampingnya yang Harus Memadai
- Kemendikbudristek Bantah Anggapan dan Persepsi Lulus Tanpa Skripsi Turunkan Kualitas Analitis Sarjana
- Ikut Soroti Kebijakan Soal Skripsi, Puan Maharani: Jadi Beban Berat dan Kungkung Semangat Ekplorasi
Menurutnya, PTV harus melakukan transformasi akademik dan meninggalkan model-model pembelajaran yang dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini. Terlebih dengan kekhasan pendidikan vokasi.
“Model belajar mastery learning pada prinsipnya tidak salah. Akan tetapi, ketika strategi dan teknologi pembelajaran semakin membaik, ketersediaan sarana dan prasarana juga semakin baik, maka para dosen seharusnya bisa lebih berinovasi lagi,” ujar Dirjen Kiki.
Menurutnya, para dosen dan politeknik tidak perlu khawatir untuk berinovasi dengan pembelajaran-pembelajaran baru, pasalnya kehadiran Merdeka Belajar episode ke-26 justru menjadi penegas sekaligus legitimasi bagi para dosen untuk berinovasi menghadirkan pendidikan vokasi yang lebih modern.
Model Pendidikan Dual System
“Perguruan tinggi vokasi bisa menggunakan model pendidikan dual system. Bahasa sederhananya, tidak harus dengan sistem (perkuliahan) paket lagi,” kata Dirjen Kiki.
Dengan dual system tersebut, Dirjen Kiki menilai akan lebih cocok dengan karakter pendidikan vokasi. Model ini justru akan berdampak baik bagi mahasiswa karena memungkinkan eksposur yang lebih tinggi dengan industri dan menciptakan pembelajaran yang lebih relevan.
Meski begitu, Dirjen Kiki juga tidak menyalahkan jika sistem paket masih digunakan. Namun, penyelenggaraan sistem paket tersebut harus benar-benar memperhatikan kebutuhan akan kompetensi yang diajarkan.
“Jadi, harus dipikirkan mana yang harus benar-benar paket. Misalnya kalau seorang pilot sebelum menerbangkan pesawat besar maka dia harus bisa terlebih dahulu menerbangkan pesawat capung,” ujar Dirjen Kiki.
Oleh karena itu, Dirjen Kiki juga mendorong politeknik untuk menelisik ulang kurikulum-kurikulum sedemikian rupa agar dapat lebih mengakomodasi potensi-potensi mahasiswa, utamanya terkait kompetensi yang memang harus berjenjang ataupun kompetensi yang sifatnya bisa lebih leluasa.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply