WINNER 2023 Singkap Fakta Keterbatasan Akses Pelayanan Kesehatan Kelompok Masyarakat Marginal dan Pedesaan di Indonesia

The Week of Indonesia Netherlands Education and Research (WINNER) 2023 di Jakarta
The Week of Indonesia Netherlands Education and Research (WINNER) di Jakarta pada Selasa, 10 Oktober 2023 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Salah satu sesi The Week of Indonesia-Netherlands Education and Research (WINNER) 2023 dengan tema “Leaving No One Behind: Promoting Health Equity in Rural and Marginalized Area, Lesson from Indonesia” pada Rabu, 11 Oktober 2023 menyingkap fakta keterbatasan kelompok masyarakat pedesaan dan marginal dalam akses pelayanan kesehatan. Fakta ini diungkap Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Wahyu Pudji Nugraheni

Wahyu menjelaskan isu kesetaraan kesehatan merupakan isu global yang penting untuk mencapai kesehatan masyarakat secara menyeluruh untuk semua (health for all). Hal ini menurut Wahyu, sejalan dengan tujuan ke-3 Sustainable Development Golas (SDGs) yakni memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua pada semua usia.

Dengan kata lain, tujuan ketiga SDGs berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan. Sayangnya beberapa kelompok masyarakat pedesaan masih menghadapi berbagai hambatan dan keterbatasan akses terhadap sumber daya.

BACA JUGA:

“Komunitas pedesaan dan marginal menghadapi hambatan seperti keterpencilan, keterbatasn sumber daya, dan kelemahan sosial ekonomi dalam mengakses layanan kesehatan,” lanjut Wahyu.

Dijelaskan Wahyu, capaian kesetaraan kesehatan bagi komunitas pedesaan dan kelompok marginal akan mampu mendorong pembangunan secara keseluruhan, memutus siklus kemiskinan, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan dan kesejahteraan berkelanjutan. Untuk itulah, peran riset dan inovasi sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kesetaraan kesehatan.

“Diperlukan kolaborasi riset yang melibatkan masyarakat setempat dengan menggunakan sumber daya lokal yang ada, sehingga penerimaan masyarakat akan inovasi baru lebih mudah diterima,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Peneliti senior dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Roy G.A. Massie, berdasarkan hasil studi yang dilakukan, masyarakat yang berada di pulau kecil masih memiliki keterbatasan dalam pemenuhian pelayanan kesehatan.

“Kesenjangan antara masalah kesehatan dan sumber daya kesehatan yang ada di pulau pulau kecil di Indonesia, dengan studi kasus di Pulau Gangga Kabupaten Minahasa Utara. Masyarakat di pulau kecil masih memiliki keterbatasan dalam akses dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan,” ujar Massie.

Kasus keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan lainnya disampaikan Rachmalina Soerachman, peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi yakni masyarakat Timor memiliki praktik tradisional yang umum bagi bayi yang baru lahir dan ibunya. Selama 40 hari pertama kelahiran, bayi dan ibunya diasapi di dalam rumah adat (Umme Kbubu), tradisi ini dikenal dengan nama “Sei”.

“Rumah adat ini memiliki ventilasi yang tidak memadai dengan asap yang berisiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan bayi. Melalui pemberdayaan masyarakat dan para pemangku kepentingan, riset intervensi ini menghasilkan pemahaman masyarakat tentang rumah adat yang lebih sehat dengan memodifikasi ventilasi udara yang lebih memadai,” ungkap Rachmalina.

Keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan pada kelompok masyarakat marginal ini mendorong tumbuhnya inovasi memberdayakan bahan lokal untuk pengobatan. Hal ini disampaikan peneliti senior lainnya dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Felly Philipus Senewe.

Menurut Felly, dengan keterbatasan yang ada, kelompok masyarakat marginal memanfaatkan bahan lokal untuk pengendalian malaria. “Pemanfaatan bahan lokal dilakukan dengan cara pembiakan Bacillus thuringiensis serotipe H-14 dengan media air kelapa yang banyak terdapat di komunitas masyarakat,” ujar Felly.

“Bacillus thuringiensis serotipe H-14 adalah bakteri patogen yang menjadi insektisida alami bagi larva nyamuk vektor Malaria (nyamuk Anopheles). Inovasi ini efektif mencegah pembiakan larva nyamuk penyebab malaria dengan biaya yang lebih rendah dan aman bagi lingkungan,” ungkap Felly.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*