UNESCO Tetapkan Hari Kelahiran Dua Tokoh Indonesia Jadi Perayaan Internasional, Ini Profilnya

Pejuang perempuan asal Aceh, Keumalahayati, serta sastrawan AA Navis. (Ist.)
Pejuang perempuan asal Aceh, Keumalahayati, serta sastrawan AA Navis. (Ist.)
Sharing for Empowerment

PARIS, KalderaNews.com – UNESCO menetapkan hari kelahiran dua pahlawan Indonesia jadi perayaan internasional. Siapa sajakah? Inilah profilnya!

Penetapan tersebut diumumkan Direktur Jenderal UNESCO di Sidang Umum ke-42 UNESCO, bulan lalu di Paris, Prancis.

Dua tokoh tersebut adalah pejuang perempuan asal Aceh, Keumalahayati, serta sastrawan AA Navis.

Paling tidak ada tiga kriteria agar hari kelahirannya dijadikan perayaan internasional.

BACA JUGA:

Pertama, tahun kelahiran atau kematian toko terkait dengan cita-cita dan misi organisasi dalam bidang pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan kemanusiaan.

Kedua, komunikasi. Dalam kriteria ini, usulan mempertimbangkan keterwakilan gender, dan hanya usulan anumerta yang dapat diajukan.

Ketiga, mengandung peristiwa universal. Usulan minimal didukung oleh dua negara, serta memiliki dampak besar bagi negara atau dunia, dan sebagainya.

Keumalahayati

Ia adalah satu tokoh heroik perempuan paling awal di Indonesia. Keumalahayati dibesarkan dalam tradisi maritim kuat. Ia mengenal peperangan laut sejak belia.

Sang ayah, Laksamana Mahmud Syah, panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan dihormati.

Saat ayahnya wafat, Sultan Alauddin Riayat Syah dari Aceh mengangkat Keumalahayati sebagai laksamana baru.

Ia pun menjadi laksamana perempuan pertama dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara.

Pengusulan penetapan peringatan 475 tahun kelahiran Keumalahayati (1550-1615) meraih dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.

AA Navis

Ali Akbar Navis alias AA Navis, penulis dan budayawan terkemuka Indonesia.

Pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, 17 November 1924 ini, sulung dari 15 bersaudara.

Penulis “Robohnya Surau Kami” ini dikenal dengan cerpen, naskah sandiwara kritik, dan esainya.

Andries Teeuw, kritikus sastra asal Belanda menilai, Navis sebagai pengarang Angkatan Baru yang menyuarakan Sumatera di tengah dominasi pengarang Jawa.

Navis meraih Hadiah Sastra South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1992).

Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2003) mendapat dukungan Malaysia, Rusia, Thailand, dan Togo.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*