Siasat Garuda Indonesia Melewati Krisis Selama Pandemi Covid-19

Alif Reynaldin, Mahasiswa Paramadina Graduate School of Communication (PGSC) Jakarta
Alif Reynaldin, Mahasiswa Paramadina Graduate School of Communication (PGSC) Jakarta (KalderaNews/Dok. Pribadi)
Sharing for Empowerment

Oleh: Alif Reynaldin, Mahasiswa Paramadina Graduate School of Communication (PGSC) Jakarta

JAKARTA, KalderaNews.com – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 yang membawa banyak tantangan mendasar selama dua tahun terakhir.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut menghadapi tantangan, seperti tingginya biaya sewa pesawat dan peralatan produksi, serta dominasi  biaya tetap dibandingkan biaya variabel. Dengan utang sebesar $10,1 miliar (sekitar Rp 154 ​​triliun), perusahaan ini digugat kreditur melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Situasi sulit ini tidak hanya berdampak pada kinerja keuangan, tetapi juga menimbulkan persepsi negatif masyarakat terhadap Garuda Indonesia sebagai perusahaan bangkrut.

BACA JUGA:

Faktor penyebab krisis ini antara lain menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi udara, dampak pandemi Covid-19 terhadap industri penerbangan yang dinilai memakan biaya dan berisiko, serta rendahnya pemahaman masyarakat terhadap PKPU, termasuk hal-hal seperti tata kelola perusahaan yang baik.

Perusahaan memiliki peran krusial dalam mengelola dan melewati krisis. Menghadapi situasi sulit, peran perusahaan mencakup berbagai aspek, termasuk manajemen krisis, komunikasi efektif, adaptasi strategi, dan pemeliharaan kepercayaan.

Berikut adalah beberapa peran kunci perusahaan dalam menghadapi dan melewati krisis:

Pertama, manajemen krisis. Perusahaan perlu mampu mengidentifikasi potensi risiko dan ancaman yang dapat memicu krisis. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap lingkungan internal dan eksternal.

Kemudian membuat rencana darurat yang terinci untuk menghadapi berbagai jenis krisis, termasuk alur kerja yang jelas, tanggung jawab, dan sumber daya yang diperlukan.

Selanjutnya membentuk tim manajemen krisis yang terdiri dari pemimpin kunci dan ahli terkait untuk merespons dan mengelola krisis dengan cepat dan efisien.

Kedua adalah komunikasi yang efektif, seperti memberikan transparansi kepada karyawan pemangku kepentingan, dan masyarakat umum untuk menghindari spekulasi dan rumor yang dapat merugikan reputasi perusahaan.

Kemudian menunjuk juru bicara yang dapat menyampaikan informasi konsisten dan terkini kepada publik, menciptakan kohesi dalam komunikasi perusahaan.

Ketiga, adaptasi strategi. Perusahaan perlu mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar dan lingkungan bisnis. Keberlanjutan usaha dapat diperkuat dengan inovasi baru dan penyesuaian strategi bisnis.

Keempat, restrukturisasi keuangan, dimana dalam menghadapi krisis finansial, perusahaan perlu melakukan restrukturisasi keuangan untuk mengurangi utang, memotong biaya, dan menjaga kestabilan keuangan.

Kelima, pemeliharaan kepercayaan, dimana berkontribusi pada kepentingan sosial dan masyarakat selama krisis dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Serta penting juga menjaga pelayanan pelanggan yang baik, meskipun dalam situasi sulit, karena dapat membantu mempertahankan kepercayaan pelanggan.

Keenam, kesiapan terhadap krisis berulang. Penting untuk mengevaluasi dan memetik pelajaran dari setiap krisis yang dihadapi, sehingga perusahaan dapat menjadi lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Kemudian kepemimpinan yang kuat juga penting. Kepemimpinan yang menginspirasi dan memotivasi karyawan dapat membantu menjaga semangat dan dedikasi dalam menghadapi krisis. Keputusan yang cepat dan tegas dari tingkat manajemen tinggi dapat membantu merespons krisis dengan efektif.

Untuk mengatasi krisis yang dialami, Garuda Indonesia memperkenalkan empat pilar strategis. Yang pertama adalah penunjukan Direktur Utama sebagai juru bicara utama pada fase kritis dan pemulihan, kemudian melakukan komunikasi terbuka dengan regulator dan pengamat, lalu pemetaan media  untuk menyampaikan cerita positif, serta menerima masukan dan permintaan dari bawah.

Untuk menanggapi kebutuhan pelanggan, Garuda Indonesia juga meluncurkan strategi komunikasi 360 derajat untuk merevitalisasi citra perusahaan dengan pesan-pesan utama yang menyoroti restrukturisasi perusahaan, kesiapan untuk kembali terbang, profitabilitas dan kepercayaan.

Hasilnya, perusahaan mampu meningkatkan pemberitaan positif tentang dirinya sebesar 85% pada tahun 2022. Melalui langkah – langkah ini, Garuda Indonesia dapat meningkatkan kemampuannya untuk melewati krisis dengan minimal dampak negatif, sekaligus membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*