
MANGGARAI, KalderaNews.com – Wae Rebo, sebuah desa adat di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa ini berada di antara pegunungan dan hutan.
Keelokan ini menjadikannya sebagai destinasi wisata alam sekaligus warisan budaya yang unik, menarik, dan populer di NTT.
Keunikan dan daya tarik dari desa ini adalah rumah adat berbentuk kerucut dengan atap jerami yang rapat.
Rumah ada ini berjumlah 7 rumah, 2 diantaranya khusus untuk pengunjung yang menginap.
BACA JUGA:
- Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, di Sini Karakter Sang Proklamator Terbentuk
- Meminang “Bidadari Cantik” di Pantai Ora
- Muenster, Romantisme Kota Sepeda di Jerman Selayak Yogya
Sementara, satu rumah khusus kepala adat yang secara fisik berbeda dari rumah yang lain.
Rumah ini ditandai dengan di atas atau ujung kerucutnya terdapat 2 tanduk kerbau.
Rumah kepala adat lebih luas dan besar, karena rumah tersebut biasa digunakan untuk tempat melangsungkan acara adat dan tempat berkumpul.
Empat rumah selebihnya digunakan untuk memasak (dapur) serta tempat tinggal penduduk.
Pengunjung Memukul Kentongan
Penduduk Wae Rebo juga masih mempertahankan tradisi mereka dengan baik, termasuk upacara adat dan kehidupan sehari-hari mereka.
Terbukti, ketika berkunjung ke desa tersebut, hal pertama yang harus dilakukan sebelum masuk ke pelataran, pengunjung harus membunyikan atau memukul ‘kentongan’ yang terletak di beberapa meter dari pelataran.

Hal ini dilakukan untuk menandakan bahwa ada tamu yang datang dan berkunjung ke desa tersebut.
Setelah membunyikan ‘kentongan’, secara otomatis pengunjung diperkenankan memasuki pelataran Desa Wae Rebo.
Walaupun tidak langsung masuk ke penginapan, tapi diarahkan untuk masuk ke rumah adat tempat kepala adat.
Di situ pengunjung akan dipertemukan langsung dengan kepala adat dan diberikan nasihat, pesan maupun larangan dalam bersikap selama tinggal di Desa Wae Rebo.
Semua itu disampaikan dengan bahasa asli mereka yang khas dan kemudian akan diterjemahkan.
Biaya yang Dikeluarkan
Setelah mendengarkan nasihat, kami diminta mengumpulkan uang Rp 50.000 tiap kelompok yang langsung diberikan kepada kepala adat sebagai tanda kami diterima di desa tersebut.
Untuk biaya penginapan di desa ini seharga Rp 350.000 per malam dan per orang,.
Biaya tersebut sudah termasuk 3 kali makan, tempat tidur yang nyaman, dan fasilitas MCK yang bersih.

Setelah menyelesaikan segala kepentingan di rumah kepala adat, pengunjung diarahkan menuju rumah adat tempat menginap.
Rumah ini biasa digunakan para pengunjung untuk istirahat dan menginap dengan kapasitas setiap rumahnya maksimal 23 orang.
Tempat menginap cukup sederhana dan unik. Ketika masuk akan langsung dihadapkan oleh tempat tidur yang melingkar dan mengitari tempat tersebut.
Sedangkan di bagian tengah sudah disediakan tempat secara khusus untuk bercengkrama dan makan bersama dengan para pengunjung lainnya.
Udara yang dingin dan kebersamaan yang ada semakin menambah suasana keakraban di rumah tersebut.
Jalan Terjal Menguji Andrenalin
Rute untuk dapat sampai ke Desa Wae Rebo cukup menguras adrenalin, selain jalan yang terjal, licin, bertebing, landai, dan juga naik turun.
Kalau musim hujan banyak hewan ‘pacet’ atau lintah yang akan dengan mudahnya ikut menemani pengunjung dalam perjalanan menuju atau meninggalkan Desa Wae Rebo.
Hal ini cukup menjadi tantangan tersendiri bagi para pengunjung. Namun hal itu semua akan terbayarkan ketika pengunjung berhasil sampai di lokasi.
Pengunjung akan dimanjakan dengan suasana pedesaan yang sangat alami, unik dan udara yang bersih dan sejuk.
Perjalanan dari Labuan Bajo menuju Wae Rebo membutuhkan waktu yang cukup panjang sekitar 4-5 jam.
Kondisi jalan berkelok-kelok, naik turun, berkabut, melewati sungai kecil-kecil, bebatuan dan juga kondisi jalan yang masih beralaskan tanah lumpur.
Namun itu semua akan teralihkan oleh pemandangan yang indah di sepanjang perjalanan, seperti keindahan pantai, keindahan pulau ‘moles’, pegunungan, dan yang lain. Sehingga perjalanan tidak akan terasa panjang dan lama.

Sedangkan waktu yang diperlukan dari pos 1 menuju desa Wae Rebo normalnya sekitar 1,5 jam sampai 2 jam tergantung dari kecepatan masing-masing pengunjung.
Terdapat 3 pos di sepanjang jalan menuju desa ini, pos 1 sebagai titik awal sebelum mendaki.
Kondisi Jalan yang menuju pos 2 memiliki medan yang cukup licin, terjal dan tinggi, dari pos 2-3 jalannya landai, sedangkan dari pos 3 menuju desa waerebo situasi jalannya menurun dan cukup licin juga.
Sangat disarankan, ketika akan berlibur ke Desa Waerebo harus menyiapkan hal yang berkaitan dengan kekuatan fisik dan juga perlengkapan yang memadai, seperti memakai sepatu, membawa mantel karena cuaca yang tidak menentu, serta perlengkapan lain yang memang harus disiapkan para pendaki.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply