
JAKARTA, KalderaNews.com – Sebagian daerah di Indonesia menggigil, begini penjelasan BMKG terkait fenomena udara dingin ini.
Fenomena suhu dingin menjelang puncak musim kemarau di Juli – Agustus, terkadang bisa sampai September.
Hal ini dikarenakan angin Monsun Australia yang bertiup menuju Benua Asia melewati daerah Indonesia dan perairan Samudera Hindia.
Angin Monsun Australia ini bersifat kering serta sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari saat suhu mencapai titik minimumnya.
BACA JUGA:
- Fenomena “Bediding”, Begini Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin dan Kapan Bakal Berakhir?
- Kamu Perlu Tahu! Katanya Musim Kemarau, Tapi Kok Masih Hujan, Ini Penjelasan BMKG!
- Waspada! BMKG Temukan 15 Sesar Aktif di Jawa Tengah, Bisa Picu Aktivitas Gempa Bumi
Fenomena ini mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah selatan khatulistiwa (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.
Nah, wilayah Jawa yg terasa lebih dingin adalah:
- Pegunungan Bromo (Wilayah Bromo,Tengger dan Semeru)
- Pegunungan Sindoro-Sumbing (Kota Wonosobo dan Temanggung)
- Lembang Bandung
- Dataran Tinggi Dieng mencapai 1 derajat Celcius pada jam 2 dini hari.
Bahkan, di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah mencapai 1 derajat Celcius pada jam 2 dini hari.
Penjelasan BMKG
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, di samping Monsun Australia, fenomena tersebut juga disebabkan faktor geografis, topografis, ketinggian wilayah, serta kelembaban udara yg relatif kering.
“Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan,” ujar Guswanto.
“Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan,” imbuhnya.
Guswanto menyatakan, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari.
Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan.
Di samping itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.
Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin, lantaran tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah.
Dalam satu pekan ke depan, kata dia, cuaca cerah berawan diprakirakan masih akan mendominasi wilayah Indonesia, terutama bagian selatan.
Potensi hujan dengan intensitas signifikan juga masih bisa terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply