Baglog Tongkol Jagung, Formulasi Terbaik untuk Produksi Jamur Tiram Putih

Jamur Tiram Putih. (Ist.)
Jamur Tiram Putih. (Ist.)
Sharing for Empowerment

TANGERANG, KalderaNews.com – Dosen Pendidikan Biologi dan Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan (UPH) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM).

PkM ini guna memecahkan persoalan petani jamur di Oemah Jamur Tangerang di Perumahan Aster 3 Legok, Tangerang, digelar Juli-September 2024.

Tujuan PkM ini untuk mendapatkan formulasi medium pertumbuhan optimum dengan memanfaatkan limbah pertanian untuk meningkatkan produksi jamur tiram putih.

BACA JUGA:

Kegiatan PkM ini diinisiasi oleh Prof. Dr. Ir. Wahyu Irawati, M.Si. (dosen Pendidikan Biologi); Prof. Dr. Ir. Adolf J. N. Parhusip, M.Si. (dosen Program Studi Teknologi Pangan); Intan Cidarbulan Matita, Ph.D. (dosen Program Studi Teknologi Pangan); Dipakalyano; Clement Khristman Laia; Damai Yanti Manalu; dan Ramses Silalahi.

PkM ini didukung Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Diktiriset, Kemendikbudristek.

Bahan baku baglog sulit didapat

Permintaan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) di Indonesia, terutama Tangerang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini lantaran kandungan gizinya yang tinggi serta harganya murah dibandingkan sumber protein hewani.

Di sisi lain, produksi jamur tiram putih justru mengalami penurunan, sebab petani kesulitan memperoleh bahan baku pembuatan media tanam jamur, yang kerap disebut baglog.

Baglog berfungsi sebagai media tumbuh miselium jamur yang nantinya menghasilkan pertumbuhan jamur tiram putih yang baik.

Baglog merupakan media tanam yang biasanya terbuat dari serbuk kayu dan dedak atau limbah hasil pertanian lain, yang mengandung nutrisi tepat untuk pertumbuhan jamur.

Tetapi, serbuk kayu sulit ditemukan di pasaran, karena tingginya permintaan serbuk kayu tersebut untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lain.

Dedak pun sulit diperoleh, karena dibutuhkan industri sebagai pakan ternak unggas dan sapi.

Situasi ini menyebabkan harga serbuk kayu dan dedak meningkat, yang berdampak langsung pada biaya produksi jamur.

“Nah, karena permintaan pasar jamur tiram putih terus meningkat, maka perlu dicari alternatif pengganti serbuk kayu dan dedak yang harganya lebih terjangkau, tapi memiliki nutrisi tinggi bagi pertumbuhan jamur tiram putih,” kata Prof. Wahyu Irawati.

Di sisi lain, terdapat banyak limbah pertanian di sekitar wilayah Tangerang, seperti ampas kopi, tongkol jagung, gabah padi, dan kelaras pisang.

Baglog siap dibungkus. (dok.tim PkM)

Pemanfaatan limbah pertanian untuk baglog

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku pembuatan baglog bisa menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan bahan baku, sekaligus mengurangi limbah pertanian.

Ampas kopi, tongkol jagung, gabah padi, dan kelaras pisang mengandung nutrisi yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram putih.

Ampas kopi mengandung 13,8% selulosa, 33% lignin, karbohidrat, serta kalium, magnesium, dan fosfor. Pun bersifat asam sehingga bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, dalam media tumbuh jamur.

Sementara, tongkol Jagung mengandung 36% hemiselulosa, 41% selulosa, 6% lignin, 3% pektin, 0,014% pati, dan 9,6% air sehingga ideal bagi perkembangan miselium.

Sekam padi pun kaya akan selulosa, hemiselulosa, dan amilosa, serta vitamin B kompleks seperti riboflavin (B2), niasin (B3), dan thiamin (B1) yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan jamur tiram.

Dan kelaras pisang mengandung serat larut dan tidak larut, kalium, magnesium, dan fosfor. Serat ini bisa membantu meningkatkan retensi air dan memberikan stabilitas fisik pada baglog sehingga mendukung pertumbuhan jamur tiram.

Proses pembuatan baglog dengan limbah pertanian

Maka, tim PkM UPH di Oemah Jamur Tangerang memanfaatkan ampas kopi, tongkol jagung, kelaras pisang, dan sekam dengan bahan campuran serbuk kayu, kapur dolomit, dan dedak.

Beberapa formulasi baglog dibuat untuk memperoleh formulasi terbaik pengganti serbuk kayu dan dedak.

Setiap bahan baku limbah ditimbang sesuai dengan formulasi yang akan diuji, yakni : 1) 100% bahan utama; 2) 50% bahan utama dan 50% serbuk kayu; 3) 10% bahan utama + 90% serbuk kayu.

Setiap perlakuan formulasi dilakukan penambahan dedak dan kapur dolomit. Dedak ditambahkan sebanyak 15% dari berat bahan utama untuk meningkatkan nutrisi dalam baglog.

Kapur dolomit sebanyak 1% dari berat bahan utama juga ditambahkan untuk menjaga keseimbangan pH media tanam.

Tahap berikutnya, pencampuran bahan formulasi baglog. Bahan-bahan kering dicampur sampai merata menggunakan mesin ribbon mixer, kemudian ditambahkan air secukupnya hingga menyatu namun campuran tidak menetes apabila di remas.

Campuran dimasukkan ke dalam plastik baglog, kemudian ditutup dengan penutup botol atau tali.

Baglog yang telah dibungkus disterilisasi menggunakan kukusan atau autoklaf untuk mematikan bibit kontaminan yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur.

Setelah sterilisasi, baglog didinginkan sampai mencapai suhu yang aman untuk inokulasi bibit.

Bibit jamur tiram putih diinokulasi ke dalam baglog dalam kondisi steril untuk mencegah kontaminasi.

Baglog yang telah diinokulasi disimpan di tempat yang teduh dan lembab untuk memungkinkan pertumbuhan miselium jamur tiram.

Baglog yang siap disterilisasi. (dok.tim PkM)

Tongkol jagung alternatif terbaik

Uji coba formulasi baglog dengan berbagai limbah pertanian menunjukkan bahwa formulasi dengan 100% tongkol jagung menunjukkan pertumbuhan miselium jamur tiram putih yang paling cepat dan paling melimpah dibandingkan dengan formulasi lain.

Lewat kegiatan PkM ini bisa disimpulkan bahwa tongkol jagung adalah alternatif terbaik sebagai pengganti serbuk kayu yang mahal dan sulit diperoleh.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*