Lensa Budaya Jogja: Siswa Kelas XI SMA PL Jogja Menyusuri Kearifan Lokal Yogyakarta

siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Jogja berkesempatan menjadi penjelajah kearifan lokal dalam rangkaian kegiatan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) (KalderaNews/Mayang Aldinia Putri Widiyanata)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Yogyakarta, kota yang kental dengan budaya dan adat istiadat Jawa, dikenal sebagai pusat kebudayaan yang kaya dan beragam. Di kota ini, berbagai kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi telah menjadi identitas kuat yang tak ternilai.

Kali ini, Yogyakarta menjadi saksi dari sebuah perjalanan edukatif penuh makna, di mana siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Jogja berkesempatan menjadi penjelajah kearifan lokal dalam rangkaian kegiatan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan mereka tentang budaya, tetapi juga menunjukkan bagaimana generasi muda memiliki peran penting dalam melestarikan warisan budaya yang ada.

BACA JUGA:

Siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Jogja menjalankan peran sebagai pewaris budaya yang bertanggung jawab dengan menggali, memahami, dan menghargai setiap nilai yang ada di Kota Gudeg ini.

Perjalanan budaya mereka dimulai dari salah satu tempat yang menjadi simbol kebudayaan Jawa, yaitu Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di sana, para siswa-siswi menyaksikan keindahan arsitektur kraton yang megah sekaligus mendalami filosofi kehidupan yang tertuang di setiap detail bangunan.

Tidak hanya melihat keindahan fisik, mereka mempelajari makna kepemimpinan Jawa yang tersirat dalam simbol-simbol kerajaan. Setiap ornamen dan tata ruang kraton menyimpan nilai-nilai hidup yang luhur, mengajarkan tentang keseimbangan, harmoni, dan kehormatan.

Siswa-siswi diajak memahami bagaimana nilai-nilai kuno ini tetap relevan dan terus dijaga, meski di era modern yang serba cepat dan praktis.

Petualangan mereka berlanjut ke Cepuri Parangkusumo, tempat yang sarat akan mitos dan cerita legenda yang berhubungan dengan Sejarah Kerajaan Mataram. Di sini, mereka mendalami perpaduan antara kepercayaan lokal dengan sejarah melalui kisah-kisah yang disampaikan oleh pemandu lokal.

Mereka berusaha menggali makna di balik mitos yang telah berkembang dalam masyarakat, seperti kisah pertemuan raja Mataram dengan Ratu Pantai Selatan. Mereka tidak hanya sekadar mendengar cerita, tetapi mencoba menghubungkannya dengan cara pandang masyarakat Yogyakarta terhadap identitas budaya mereka.

Proses ini membuat mereka memahami bagaimana mitos dan realitas hidup berdampingan, membentuk sebuah kesatuan yang menjadi bagian dari identitas kota.

Puncak perjalanan mereka menuju Pantai Parangkusumo, sebuah pantai yang tak hanya indah secara visual namun juga memiliki kekayaan budaya yang melekat erat dengan kehidupan masyarakat setempat. Di sini, siswa-siswi menyaksikan langsung sebuah upacara adat yang berlangsung di pesisir pantai, di mana masyarakat menghormati laut sebagai sumber kehidupan.

Mereka merasakan atmosfer yang begitu sakral dan penuh penghormatan, mengamati bagaimana tradisi yang dijalankan mampu mempererat hubungan antara manusia dan alam. Mereka belajar tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan, serta menghargai laut sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Sepanjang perjalanan ini, para siswa aktif dan antusias dalam mengamati setiap detail yang ada. Mereka tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga aktif bertanya, mencatat, dan bahkan mewawancarai tokoh-tokoh lokal yang mereka temui.

Semua pengalaman berharga ini akan didokumentasikan dalam sebuah proyek film dokumenter, sebagai bentuk apresiasi dan rekaman dari perjalanan budaya yang mereka jalani.

Film dokumenter ini tidak hanya menjadi bukti nyata dari hasil eksplorasi mereka, namun juga berfungsi sebagai media untuk menyebarluaskan pengetahuan dan memperkenalkan kearifan lokal Yogyakarta kepada lebih banyak orang.

Melalui film dokumenter ini, mereka berharap dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan kearifan lokal di tengah perubahan zaman. (Oleh: Mayang Aldinia Putri Widiyanata, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*