JAKARTA, KalderaNews.com – Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro menegaskan. dirinya tidak setuju dengan pemeringkatan atau ranking universitas.
Katanya, pemeringkatan dari lembaga tertentu ini tidak perlu dijadikan patokan atau pedoman memilih kampus.
“Kalau ada yang bikin ranking, saya agak kurang setuju, udah enggak usah di-ranking lah!” tegas Menteri Satryo.
BACA JUGA:
- Asyik! Mendiktisaintek Minta Kemenkeu Segera Kucurkan Dana Hibah untuk Dosen di Kampus Swasta
- Mendiktisaintek: Merdeka Belajar Kampus Merdeka Tidak Wajib!
- Dijamin! Mendikti Saintek Sebut Penerima Beasiswa LPDP Tidak Wajib Pulang ke Indonesia
“Penamaan kampus juga tidak perlu pakai ranking. Saya enggak setuju ranking. Saya enggak percaya ranking,” imbuhnya.
Ada bisnis di balik ranking universitas
Bahkan Menteri Satryo menyebutkan bahwa sejumlah lembaga pemeringkatan itu membuat ranking salah satunya untuk kebutuhan bisnis.
Kata Satryo, ada kampus yang mesti membayar sejumlah uang untuk mengikuti pemeringkatan tersebut. Bila hal ini diteruskan, maka akan sangat membebani pihak kampus.
Terlebih, katanya, pemeringkatan atau ranking itu justru kerap menjadi rujukan untuk membangun citra perguruan tinggi.
Maka ke depannya, definisi mutu bukan lagi peringkat atau standar dari lembaga lain.
“Namun, lebih kepada apakah perguruan tinggi tersebut mampu memenuhi janjinya kepada masyarakat,” tegasnya.
Gadaikan integritas akademik
Sementara, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid menilai, pemeringkatan perguruan tinggi beberapa tahun terakhir justru membawa hal negatif.
Demi ranking yang lebih tinggi, ada beberapa kampus yang “berani” menggadaikan integritas akademik.
“Ternyata pemeringkatan itu juga mendorong perguruan tinggi untuk menggadaikan, paling tidak potensi menggadaikan integritas akademik. Misalkan dengan menyesuaikan data,” ujar Fathul.
“Misal, di PDDikti datanya dilaporkan 1000 mahasiswa, di pemeringkatan ditulis bisa dua kali lipat,” imbuhnya.
Menurut Fathul Wahid, pemeringkatan kampus di Indonesia justru menjadi perlombaan menuju ke dasar jurang, lantaran kompetisinya tidak sehat.
Dorong bangun keunikan kampus
Maka, Menteri Satryo lebih mendorong kampus agar mengembangkan keunikan kampus.
“Kampus harus unik. Kalau unik, pasti jadi tujuan pertama dari pelamar. Apa keunikannya? Terserah, ada macam-macam yang bisa dijadikan keunikan,” paparnya.
Bangunan citra kampus, ujar Menteri Satryo, harus unik serta memiliki misi yang jelas. Dan yang paling penting, kampu harus memberikan manfaatkan bagi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply