
JAKARTA, KalderaNews.com – Program “siswa nakal” yang dikirim ke barak militer ala Gubernur Jawa, Barat Dedi Mulyadi berpotensi menjadi program nasional. Mau gak?
Demikian disampaikan Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai.
“Kalau itu berlangsung bagus, ya kami meminta Menteri Dikdasmen untuk mengeluarkan sebuah peraturan supaya ini bisa dijalankan secara masif di seluruh indonesia,” katanya.
BACA JUGA:
- Kontroversi! Gubernur Dedi Mulyadi Resmi Larang Study Tour, Wisuda, Naik Motor, dan Main Game
- Siswa Terdampak Tawuran, Narkoba, dan Judi Online, Bakal Ada Program Polisi ke Sekolah
- Terkuak! Ini 9 Poin Surat Edaran Kontroversial Gubernur Dedi Mulyadi untuk Pelajar Jabar, Ada Study Tour, Wisuda Hingga Wajib Militer
Kata Pigai, pendidikan di barak militer bisa membuat visi pelajar lebih cerah ke depan.
“Di dalam meningkatkan kualitas, kompetensi, karakter, mental, disiplin, dan tanggung jawab, karena ini bagus, idenya bagus,” ucapnya.
Special case butuh special treatment
Sementara, pengamat pendidikan dan pendiri Ikatan Guru Indonesia (IGI), Satria Dharma, menyambut baik gagasan itu.
Satria menilai, siswa nakal yang dikirim ke barak militer adalah anak-anak yang tidak bisa ditangani lagi oleh sekolah maupun orangtua.
“Jadi ini adalah special case atau kasus khusus yang membutuhkan special treatment atau perlakuan khusus,” ujarnya.
Mereka yang dikirim ke barak adalah yang kecanduan minuman keras, gim online, dan merokok.
Pun para pelajar yang terlibat tawuran, geng motor, serta hal lain yang sudah tidak bisa ditangani guru dan orangtuanya karena aneka keterbatasan.
“Mereka yang dimasukkan itu juga katanya secara umum punya kesadaran bahwa ingin berubah,” ucap Satria.
“Saya juga mendapat info, para siswa yang didatangkan ke barak militer mendapat pendidikan seputar bela negara, wawasan kebangsaan, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kedisiplinan, anti-narkoba, pendidikan keagamaan, dan lain-lain,” imbuhnya.
Dia menilai, beberapa hal tersebut mungkin tidak diajarkan di sekolah, apalagi di rumah dan lingkungannya.
Maka, Satria berpendapat, pihak yang mengkritik atau tak setuju dengan hal tersebut, bisa datang ke barak militer secara langsung untuk menilai apa yang dilakukan di sana.
“Intinya, marilah kita berhenti sinis dan curiga. Mulailah bersikap kolaboratif demi anak-anak bangsa yang sudah tidak bisa lagi ditangani oleh sekolah dan orangtua mereka selama ini,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply