The Path To Financial Freedom, EduFulus – Aktivitas penghimpunan dana di pasar modal melalui penerbitan surat utang atau obligasi masih tinggi di kalangan perusahaan. Hal ini terbukti dari data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih memiliki sejumlah perusahaan dalam “pipeline” yang siap menerbitkan obligasi pada kuartal IV tahun 2025 ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, dalam siaran pers di Jakarta, menyampaikan bahwa hingga 26 September 2025, penerbitan obligasi di pasar modal telah mencapai 134 emisi dari 70 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS). Total dana yang berhasil dihimpun sepanjang tahun berjalan 2025 ini tercatat sebesar Rp156,4 triliun.
SIMAK JUGA: Obligasi dan Sukuk Pegadaian Oversubscribed
Lebih lanjut, Nyoman mengungkapkan bahwa saat ini BEI masih mengantongi 20 emisi dari 15 penerbit EBUS yang sedang dalam antrean atau pipeline untuk menerbitkan obligasi dan sukuk. Rencana penerbitan ini didominasi oleh perusahaan dari sektor finansial dan energi.
Suku Bunga Acuan BI Jadi Katalis
Ramainya aksi korporasi ini terjadi di tengah tren penurunan suku bunga acuan BI. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Secara kumulatif, BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 125 basis poin sepanjang tahun 2025 hingga September, mencapai level terendah sejak Oktober 2022.
Analis menilai, penurunan suku bunga menjadi momen yang tepat bagi perusahaan untuk lebih agresif menerbitkan obligasi.
“Dampak dari penurunan suku bunga acuan, ini justru saatnya company bisa mulai agresif lagi menerbitkan bonds,” ujar Martin Aditya, Investment Analyst Capital Asset Management.
Ia menambahkan, permintaan obligasi korporasi masih tinggi (demanding), terutama dari manajer investasi untuk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap yang dinilai masih prospektif.
Obligasi Jadi Alternatif Pendanaan dan Investasi
Dari sisi penerbit, penurunan suku bunga acuan akan membuat cost of fund atau biaya dana menjadi lebih murah, yang memacu perusahaan untuk melakukan refinancing utang, apalagi di tengah pertumbuhan ekonomi. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto, menyebut bahwa cost of credit (biaya kredit) di pasar juga menjadi rendah karena suku bunga turun.
Di sisi investor, obligasi korporasi saat ini menjadi alternatif pilihan investasi yang menarik. “Kalau dari sisi investor pastinya optimalkan portofolio jadinya obligasi korporasi menjadi penyeimbang yang dikelola fund manager. Jadi permintaannya tetap banyak,” kata Ramdhan.
Kebutuhan Refinancing Dorong Penerbitan
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, sebelumnya memproyeksikan nilai penerbitan obligasi korporasi dapat mencapai Rp70 triliun pada semester II/2025. Proyeksi ini didukung oleh dua faktor utama:
Pemangkasan suku bunga acuan oleh BI yang membuat pendanaan lebih akomodatif.
Kebutuhan refinancing, mengingat nilai obligasi korporasi jatuh tempo mencapai Rp96,4 triliun pada semester II/2025.
Suhindarto juga menambahkan bahwa penerbitan obligasi menjadi alternatif pendanaan yang lebih murah dibandingkan kredit perbankan, terutama bagi perusahaan dengan peringkat surat utang antara AAA hingga single A. Kupon obligasi untuk kategori ini dinilai relatif lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga dasar kredit modal kerja perbankan, apalagi di tengah kondisi likuiditas perbankan yang mulai mengetat.
“Kombinasi antara suku bunga yang lebih akomodatif dan kebutuhan pelunasan utang jangka pendek mendorong perusahaan untuk melakukan refinancing sejak akhir semester I/2025,” tutupnya.
SIMAK JUGA: 6 Keuntungan Investasi Obligasi yang Bikin Kamu Auto Sultan!
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus lainnya di Google News. Dus, jika Anda ingin bekerjasama dengan kanal EduFulus, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply