
JAKARTA, KalderaNews.com – Dokter dan ahli gizi Tan Shot Yen sorot surat edaran Badan Gizi Nasional (BGN) terkait penggunaan ultra-processed food (UPF) di MBG.
Dalam unggahannya di Instagram, Tan menampilkan surat edaran tertanggal 26 September 2025 yang ditandatangani Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan.
Surat tersebut merespons berbagai masukan publik soal penggunaan ultra-processed food (UPF) dalam menu MBG.
BACA JUGA:
- Viral di Media Sosial, Wali Murid Sekolah Elite Tolak Program MBG, Warganet Ramai-ramai Mendukung
- Wali Murid SDIT Al Izzah Serang Tolak Program MBG, Ini Alasannya
- P2G: Guru Ikut Urus MBG, Makin Perberat Beban dan Pangkas Jam Pelajaran!
Di surat itu, BGN menegaskan, jika produk seperti biskuit, roti, sereal, sosis, nugget, dan burger digunakan, maka yang diprioritaskan adalah produk lokal atau buatan UMKM.
Tetapi, menurut Dokter Tan, keputusan itu justru menjadi langkah mundur bagi program MBG.
“Suatu kemunduran ya buat saya, ini adalah suatu kemunduran MBG kalau makan bergizi gratis kok bentukannya seperti itu,” kata Tan
Nah, apa sih profuk UPF itu?
Ultra-Processed Food (UPF)
Ultra-Processed Food (UPF) atau Makanan Ultra-Proses merupakan formulasi industri yang dibuat dari bahan-bahan yang diekstrak dari makanan utuh atau disintesis dari sumber organik lain, yang kemudian mengalami serangkaian proses pengolahan yang panjang dan kompleks.
Berbeda dengan makanan olahan minimal (seperti sayur beku atau roti gandum utuh sederhana), UPF dicirikan oleh penambahan bahan-bahan yang jarang atau tidak digunakan dalam masakan rumah tangga.
Ciri-ciri utama UPF
UPF sering kali mengandung:
- Tinggi Gula, Garam, dan Lemak Tidak Sehat: Khususnya lemak jenuh dan lemak trans.
- Bahan Tambahan Kosmetik: Seperti pewarna, perasa, penguat rasa (misalnya MSG), pemanis buatan, dan pengemulsi.
- Pengawet: Untuk memperpanjang masa simpan (daya simpan yang sangat lama).
- Rendah Nilai Gizi: Kandungan serat, protein, vitamin, dan mineralnya cenderung jauh lebih rendah dibandingkan makanan utuh.
- Praktis dan Hiper-lezat: Diformulasikan agar terasa sangat enak (‘hyper-palatable’) sehingga mendorong konsumsi berlebihan.
Banyak makanan yang kita anggap ‘biasa’ sehari-hari termasuk dalam kategori UPF.
Mengidentifikasi UPF dapat dilakukan dengan memeriksa label nutrisi dan daftar bahan-bahan: semakin panjang daftar bahan, dan semakin banyak bahan kimia atau aditif yang asing, semakin besar kemungkinan makanan tersebut adalah UPF.
Contoh UPF:
- Minuman: Minuman ringan berkarbonasi (soda), minuman kemasan berperisa buah, minuman energi, krimer non-susu.
- Camilan/Snack: Keripik kentang dalam kemasan, biskuit dan kue kering pabrikan, permen, cokelat batangan komersial.
- Daging Olahan: Sosis, nugget, hot dog, kornet, daging asap kemasan.
- Makanan Instan & Siap Saji: Mi instan, sup kemasan (instan), sereal sarapan manis, makanan beku siap santap (frozen food).
- Bumbu & Pelengkap: Beberapa jenis saus tomat, kecap, atau dressing salad yang mengandung banyak gula dan aditif.
- Produk Lain: Roti tawar yang diproduksi massal dengan banyak pengawet dan pelembut, margarin.
Sebagai perbandingan, makanan yang hanya mengalami pemrosesan minimal, seperti sayur atau buah beku, kacang-kacangan kering, atau yogurt tawar sederhana, tidak dikategorikan sebagai UPF.
Dampak buruk konsumsi UPF berlebihan
Konsumsi UPF secara rutin dan berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan serius, terutama karena komposisinya yang tinggi kalori kosong (tinggi gula, garam, lemak) namun rendah nutrisi esensial.
Peningkatan risiko penyakit kronis
Tingginya kadar natrium, gula, dan lemak tidak sehat (seperti lemak trans) dalam UPF dapat memicu:
- Penyakit Kardiovaskular: Peningkatan kolesterol jahat (LDL) dan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang berujung pada risiko serangan jantung dan stroke.
- Diabetes Tipe 2: Kandungan gula tinggi dan karbohidrat olahan dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan resistensi insulin.
- Kanker: Beberapa penelitian menunjukkan kaitan antara asupan UPF tinggi dengan peningkatan risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar dan kanker payudara, mungkin terkait dengan aditif dan kurangnya serat.
Obesitas dan gangguan metabolik
UPF dirancang untuk dikonsumsi cepat dan dalam porsi besar, seringkali menggantikan makanan utuh yang lebih mengenyangkan.
Kepadatan kalori yang tinggi namun rendahnya serat dan nutrisi dapat mengganggu hormon penekan nafsu makan, yang pada akhirnya memicu kenaikan berat badan berlebihan dan obesitas.
Kesehatan mental dan pencernaan
Konsumsi UPF berlebihan juga diketahui berdampak negatif pada kesehatan mental, meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Selain itu, rendahnya kandungan serat dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit dan mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, yang penting bagi fungsi kekebalan tubuh.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply