4 Fakta Radioaktif Cesium-137 di Cikande, Dari Udang Beku Bisa Picu Kanker

Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

BANTEN, KalderaNews.com – Para ahli temukan paparan radioaktif di kawasan industri Modern Cikande, Banten. Inilah 4 fakta kasus ini!

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) bersama BRIN melaporkan investigasi awal dan menemukan bahwa paparan tersebut ada kaitan dengan aktivitas scrap logam dan limbah industri.

Dari hasil pemetaan, kontaminasi terdeteksi di beberapa titik dengan kadar radiasi lebih tinggi dari ambang normal.

BACA JUGA:

Kasus ini mendapat perhatian publik setelah produk ekspor Indonesia, seperti udang beku, ditolak oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

FDA menemukan ada mengandung Cs-137 di udang beku asal Indonesia itu. Investigasi lanjutan pun menelusuri sumber radiasi hingga ke kawasan industri di Cikande.

Awal Mula Temuan Kontaminasi

Kasus bermula ketika FDA menolak masuknya kontainer udang beku asal Indonesia karena hasil uji menunjukkan adanya kandungan Cs-137 pada pertengahan Agustus 2025.

Produk tersebut diproses PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods) dan dikirim ke beberapa pelabuhan utama di AS, termasuk Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.

Meski hanya sebagian sampel yang terbukti positif, FDA pun memperluas penarikan produk terkait karena kekhawatiran potensi kontaminasi lainnya.

Pengecekan di Indonesia

Setelah dilakukan penarikan, pemerintah Indonesia melakukan penelusuran untuk mengetahui sumber kontaminasi radiasi tersebut.

Per 9 September 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkap dugaan bahwa pabrik baja di sekitar kawasan menjadi sumber awal kontaminasi.

Tim gabungan lantas memindahkan material yang terkontaminasi radiasi dari area terdampak. Tahap awal dekontaminasi telah dimulai.

Tentang Cesium-137

Cesium-137 (Cs-137) merupakan isotop radioaktif hasil sampingan reaksi fisi nuklir, baik dari reaktor maupun ledakan bom atom.

Unsur ini memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, artinya butuh puluhan tahun hingga daya radioaktifnya berkurang secara signifikan.

Cs-137 tidak ditemukan secara alami di lingkungan. Ia selalu terkait dengan aktivitas manusia, seperti kecelakaan nuklir, pengolahan limbah industri, atau penggunaan medis tertentu.

Biasanya digunakan dalam jumlah kecil untuk kalibrasi peralatan pendeteksi radiasi, seperti penghitung Geiger-Mueller.

Dalam jumlah yang lebih besar, Cs-137 digunakan dalam:

  1. Perangkat terapi radiasi medis untuk mengobati kanker
  2. Sterilisasi medis
  3. Pengukur industri yang mendeteksi aliran cairan melalui pipa
  4. Perangkat industri lain untuk mengukur ketebalan material, seperti kertas, film fotografi, atau lembaran logam.

Bisa picu kanker

Nah, paparan eksternal Cs-137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian.

Paparan Cs-137 bisa meningkatkan risiko kanker, sebab paparan radiasi gamma berenergi tinggi.

Sementara, paparan internal Cs-137, melalui konsumsi atau inhalasi, memungkinkan bahan radioaktif tersebut terdistribusi di jaringan lunak, terutama jaringan otot, sehingga jaringan tersebut terpapar partikel beta dan radiasi gamma, serta meningkatkan risiko kanker.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa paparan Cs-137 dapat meningkatkan risiko:

  1. Leukemia: karena radiasi merusak sumsum tulang tempat sel darah diproduksi.
  2. Kanker tiroid: walaupun I-131 lebih dominan sebagai pemicu, Cs-137 juga memberi kontribusi pada beban radiasi ke kelenjar tiroid.
  3. Kanker padat (solid cancers): termasuk kanker paru, hati, ginjal, dan saluran pencernaan, tergantung rute paparan.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*